Sabtu, 18 Juli 2009

Rahasia Silaturahmi

Silaturahmi adalah kunci terbukanya rahmat dan pertolongan Allah SWT. Dengan terhubungnya silaturahmi, maka ukhuwah Islamiyah akan terjalin dengan baik. Bagaimana pun besarnya umat Islam secara kuantitatif, sama sekali tidak ada artinya bila di dalamnya tidak ada persatuan dan kerja sama untuk taat kepada Allah....

----------

Tahukah kalian tentang sesuatu yang paling cepat mendatangkan kebaikan ataupun keburukan? "Sesuatu yang paling cepat mendatangkan kebaikan adalah pahala orang yang berbuat kebaikan dan menghubungkan tali silaturahmi, sedangkan yang paling cepat mendatangkan keburukan ialah siksaan bagi orang yang berbuat jahat dan yang memutuskan tali persaudaraan" (HR. Ibnu
Majah).

Silaturahmi tidak sekedar bersentuhan tangan atau memohon maaf belaka. Ada sesuatu yang lebih hakiki dari itu semua, yaitu aspek mental dan keluasan hati. Hal ini sesuai dengan asal kata dari silaturahmi itu sendiri, yaitu shilat atau washl, yang berarti menyambungkan atau menghimpun, dan ar-rahiim yang berarti kasih sayang. Makna menyambungkan menunjukkan sebuah proses aktif dari sesuatu yang asalnya tidak tersambung. Menghimpun biasanya mengandung makna sesuatu yang tercerai-berai dan berantakan, menjadi sesuatu yang bersatu dan utuh kembali. Tentang hal ini Rasulullah SAW bersabda, "Yang disebut bersilaturahmi itu bukanlah seseorang yang membalas kunjungan atau pemberian, melainkan bersilaturahmi itu ialah menyambungkan apa yang telah putus" (HR. Bukhari).

Kalau orang lain mengunjungi kita dan kita balas mengunjunginya, ini tidak memerlukan kekuatan mental yang tinggi. Boleh jadi kita melakukannya karena merasa malu atau berhutang budi kepada orang tersebut. Namun, bila ada orang yang tidak pernah bersilaturahmi kepada kita, lalu dengan sengaja kita mengunjunginya walau harus menempuh jarak yang jauh dan melelahkan, maka
inilah yang disebut silaturahmi. Apalagi kalau kita bersilaturahmi kepada orang yang membenci kita, seseorang yang sangat menghindari pertemuan dengan kita, lalu kita mengupayakan diri untuk bertemu dengannya. Inilah silaturahmi yang sebenarnya.

Rasulullah SAW pernah memberikan nasihat kepada para sahabat, "Hendaklah kalian mengharapkan kemuliaan dari Allah". Para sahabat pun bertanya, "Apakah yang dimaksud itu, ya Rasulullah?" Beliau kemudian bersabda lagi, "Hendaklah kalian suka menghubungkan tali silaturahmi kepada orang yang telah memutuskannya, memberi sesuatu (hadiah) kepada orang yang tidak
pernah memberi sesuatu kepada kalian, dan hendaklah kalian bersabar (jangan lekas marah) kepada orang yang menganggap kalian bodoh" (HR. Hakim).

Dalam hadis lain dikisahkan pula, "Maukah kalian aku tunjukkan amal yang lebih besar pahalanya daripada shalat dan shaum?" tanya Rasulullah SAW kepada para sahabat. "Tentu saja," jawab mereka. Beliau kemudian menjelaskan, "Engkau damaikan yang bertengkar, menyembungkan persaudaraan yang terputus, mempertemukan kembali saudara-saudara yang terpisah, menjembatani berbagai kelompok dalam Islam, dan mengukuhkan tali persaudaraan di antara mereka adalah amal shalih yang besar pahalanya.
Barangsiapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan diluaskan rezekinya, hendaklah ia menyambungkan tali silaturahmi" (HR. Bukhari Muslim).

* * *

Sahabat, bagaimana mungkin hidup kita akan tenang kalau di dalam hati masih tersimpan kebenciaan dan rasa permusuhan kepada sesama muslim. Perhatikan keluarga kita, kaum yang paling kecil di masyarakat. Bila di dalamnya ada beberapa orang saja yang sudah tidak saling tegur sapa, saling menjauhi, apalagi kalau di belakang sudah saling menohok, menggunjing, dan memfitnah,
maka rahmat Allah akan dijauhkan dari rumah tersebut. Dalam skala yang lebih luas, dalam lingkup sebuah negara, bila di dalamnya sudah ada kelompok yang saling jegal, saling fitnah, atau saling menjatuhkan, maka dikhawatirkan bahwa bangsa dan negara tersebut akan terputus dari rahmat dan pertolongan Allah SWT.

Silaturahmi adalah kunci terbukanya rahmat dan pertolongan Allah SWT. Dengan terhubungnya silaturahmi, maka ukhuwah Islamiyah akan terjalin dengan baik. Bagaimana pun besarnya umat Islam secara kuantitatif, sama sekali tidak ada artinya bila di dalamnya tidak ada persatuan dan kerja sama untuk taat kepada Allah. Sebagai umat yang besar, kaum muslim memang diwajibkan ada yang terjun di bidang politik, ekonomi, hukum, dsb, karena tanpa itu kita akan dipermainkan dan kepentingan kita tidak ternaungi secara legal di dalam kehidupan bermasyarakat. Namun demikian, berbagai kelompok yang ada harus dijadikan sarana berkompetisi untuk mencapai satu tujuan mulia, tidak saling menghancurkan dan berperang, bahkan lebih senang berkoalisi dengan pihak lain. Sebagai umat yang taat, kita berkewajiban untuk mendukung segala kegiatan yang menyatukan langkah berbagai kelompok kaum muslimin dan mempererat tali persaudaraan diantara kita semua. Wallahu 'alam...

(diambil dari tausiah Aa Gym, www.republika.co.id)

Kamis, 16 Juli 2009

Presiksi Kabinet Indoensia Bersatu 2009-2014

Presiden : Susilo Bambang Yudoyono
Wapres : Budiono

Menko Polhukam : Joko Suyanto
Menko Ekonomi : Raden Pardede
Menko Kesra : Hidayat Nur Wahid

Mendagri : Sutanto
Menlu : Marty Natalegawa
Wakil : Dino Pati Jalal
Menhan : Anis Baswedan
Menhukam : Jimly Ashidiqy
Menkeu : Aviliani
Mendiknas : Irwan Prayitno
Menpan : Anton Apriantono
Menhut : Zulkifli Hasan
Mendag : Marie A. Pangestu
Menind : Rachmat Gobel
Menikanlaut : Adhiyaksa Dault
Menkofinfo : Tifatul Sembiring
Menhub : Muhaimin Iskandar
Men PU : Erna Witular
Mensos : Salim Segaf
Menag : Suryadarma Ali
MenSDM : Hatta Rajasa
Menakertrans : Taufiq Efendi


Menegpan : Marzuki Ali
Menegpora : Anas Urbaningrum
Menegpera : Ms Kaban
Menegbudpar : Jero wacik
Menegpemper : Meutia Hatta
Menegperanak : Nursyahbadi S
Meneglinghidup : Suswono
Mensekneg : Sudi Silalahi
Meneg BPPN : Anggito Abimanyu
Menegperdargal : Lukman Edi
Menegkop UKM : Lukman H. Saefudin
Menegsekab : Andi Malarangeng

Rabu, 15 Juli 2009

Andra & The Backbone Sempurna

kau begitu sempurna
di mataku kau begitu indah
kau membuat diriku
akan selalu memujamu

di setiap langkahku
ku kan selalu memikirkan dirimu
tak bisa ku bayangkan
hidupku tanpa cintamu

* janganlah kau tinggalkan diriku
takkan mampu menghadapi semua
hanya bersamamu ku akan bisa

reff:
kau adalah darahku
kau adalah jantungku
kau adalah hidupku
lengkapi diriku
oh Tuhanku kau begitu
sempurna, sempurna

kau genggam tanganku
saat diriku lemah dan terjatuh
kau bisikkan kata
dan hapus semua dosaku

D’Masiv – Jangan Menyerah

tak ada manusia
yang terlahir sempurna
jangan kau sesali
segala yang telah terjadi

kita pasti pernah
dapatkan cobaan yang berat
seakan hidup ini
tak ada artinya lagi

reff1:
syukuri apa yang ada
hidup adalah anugerah
tetap jalani hidup ini
melakukan yang terbaik

tak ada manusia
yang terlahir sempurna
jangan kau sesali
segala yang telah terjadi

reff2:
Tuhan pasti kan menunjukkan
kebesaran dan kuasanya
bagi hambanya yang sabar
dan tak kenal putus asa

Bagaimana Seorang Muslim Berfikir

(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia.
Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka."
(QS. Ali 'Imran, 3:191)

Pendahuluan

Pernahkah anda memikirkan bahwa anda tidak ada sebelum dilahirkan ke dunia ini; dan anda telah diciptakan dari sebuah ketiadaan?

Pernahkan anda berpikir bagaimana bunga yang setiap hari anda lihat di ruang tamu, yang tumbuh dari tanah yang hitam, ternyata memiliki bau yang harum serta berwarna-warni?

Pernahkan anda memikirkan seekor nyamuk, yang sangat mengganggu ketika terbang mengitari anda, mengepakkan sayapnya dengan kecepatan yang sedemikian tinggi sehingga kita tidak mampu melihatnya?

Pernahkan anda berpikir bahwa lapisan luar dari buah-buahan seperti pisang, semangka, melon dan jeruk berfungsi sebagai pembungkus yang sangat berkualitas, yang membungkus daging buahnya sedemikian rupa sehingga rasa dan keharumannya tetap terjaga?

Pernahkan anda berpikir bahwa gempa bumi mungkin saja datang secara tiba-tiba ketika anda sedang tidur, yang menghancur luluhkan rumah, kantor dan kota anda hingga rata dengan tanah sehingga dalam tempo beberapa detik saja anda pun kehilangan segala sesuatu yang anda miliki di dunia ini?

Pernahkan anda berpikir bahwa kehidupan anda berlalu dengan sangat cepat, anda pun menjadi semakin tua dan lemah, dan lambat laun kehilangan ketampanan atau kecantikan, kesehatan dan kekuatan anda?

Pernahkan anda memikirkan bahwa suatu hari nanti, malaikat maut yang diutus oleh Allah akan datang menjemput untuk membawa anda meninggalkan dunia ini?

Jika demikian, pernahkan anda berpikir mengapa manusia demikian terbelenggu oleh kehidupan dunia yang sebentar lagi akan mereka tinggalkan dan yang seharusnya mereka jadikan sebagai tempat untuk bekerja keras dalam meraih kebahagiaan hidup di akhirat?

Manusia adalah makhluk yang dilengkapi Allah sarana berpikir. Namun sayang, kebanyakan mereka tidak menggunakan sarana yang teramat penting ini sebagaimana mestinya. Bahkan pada kenyataannya sebagian manusia hampir tidak pernah berpikir.

Sebenarnya, setiap orang memiliki tingkat kemampuan berpikir yang seringkali ia sendiri tidak menyadarinya. Ketika mulai menggunakan kemampuan berpikir tersebut, fakta-fakta yang sampai sekarang tidak mampu diketahuinya, lambat-laun mulai terbuka di hadapannya. Semakin dalam ia berpikir, semakin bertambahlah kemampuan berpikirnya dan hal ini mungkin sekali berlaku bagi setiap orang. Harus disadari bahwa tiap orang mempunyai kebutuhan untuk berpikir serta menggunakan akalnya semaksimal mungkin.

Buku ini ditulis dengan tujuan mengajak manusia "berpikir sebagaimana mestinya" dan mengarahkan mereka untuk "berpikir sebagaimana mestinya". Seseorang yang tidak berpikir berada sangat jauh dari kebenaran dan menjalani sebuah kehidupan yang penuh kepalsuan dan kesesatan. Akibatnya ia tidak akan mengetahui tujuan penciptaan alam, dan arti keberadaan dirinya di dunia. Padahal, Allah telah menciptakan segala sesuatu untuk sebuah tujuan sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur'an:

Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dengan bermain-main. Kami tidak menciptakan keduanya melainkan dengan haq, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui." (QS. Ad-Dukhaan, 44: 38-39)

Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? (QS. Al-Mu'minuun, 23:115)

Oleh karena itu, yang paling pertama kali wajib untuk dipikirkan secara mendalam oleh setiap orang ialah tujuan dari penciptaan dirinya, baru kemudian segala sesuatu yang ia lihat di alam sekitar serta segala kejadian atau peristiwa yang ia jumpai selama hidupnya. Manusia yang tidak memikirkan hal ini, hanya akan mengetahui kenyataan-kenyataan tersebut setelah ia mati. Yakni ketika ia mempertanggung jawabkan segala amal perbuatannya di hadapan Allah; namun sayang sudah terlambat. Allah berfirman dalam Al-Qur'an bahwa pada hari penghisaban, tiap manusia akan berpikir dan menyaksikan kebenaran atau kenyataan tersebut:

Dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahannam; dan pada hari itu ingatlah manusia akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya. Dia mengatakan, "Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini." (QS. Al-Fajr, 89:23-24)

Padahal Allah telah memberikan kita kesempatan hidup di dunia. Berpikir atau merenung untuk kemudian mengambil kesimpulan atau pelajaran-pelajaran dari apa yang kita renungkan untuk memahami kebenaran, akan menghasilkan sesuatu yang bernilai bagi kehidupan di akhirat kelak. Dengan alasan inilah, Allah mewajibkan seluruh manusia, melalui para Nabi dan Kitab-kitab-Nya, untuk memikirkan dan merenungkan penciptaan diri mereka sendiri dan jagad raya:

Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka?, Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan tujuan yang benar dan waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya." (QS. Ar-Ruum, 30: 8)

Bisakah Saya Kreatif?

Kreatif, barang kali menjadi keinginan semua orang untuk kreatif tetapi apakah setiap manusia mempunyai kreatif dalam menemukan sesuatu yang baru karena pada kenyataanya sangat sedikit sekali orang yang dapat berfikir kreatif. Termasuk saya sendiri kadang sulin sekali untuk menemukan hal-yang baru. trims.

Ada dua penyebab umum dalam masalah mengapa orang merasa tidak kreatif. Yang pertama karena dia tidak merasa kreatif, ini adalah masalah mental. Biasanya dia sudah membatasi dirinya untuk kreatif. Yang kedua kurang menguasai masalah teknik. Namun yang lebih penting dari teknik ialah masalah mental.

Memang diperlukan serangkaian latihan yang bisa Anda lakukan untuk membina mental atau mindset dan juga teknik-teknik untuk menghasilkan ide. Saat saya memberikan pelatihan atau workshop saya sering menyelipkan latihan kreativitas. Kebanyakan peserta tercengang dan baru sadar kalau sebenarnya dia bisa kreatif tetapi selama ini hanya menutup diri.


http://www.motivasi-islami.com/konsultasi/bisakah-saya-kreatif/

Rabu, 08 Juli 2009

Tausyiah Jagalah Allah, Pasti Engkau Menang!

Dari Abul-�Abbas �Abdullah Bin �Abbas �-semoga Allah meridoinya- ia mengatakan, �Aku berada di belakang Rasulullah saw. Beliau mengatakan, �Nak, Jagalah Allah niscaya Dia akan menjagamu. Jagalah Allah niscaya engkau akan dapati Dia ada di hadapanmu. Jika engkau memohon, mohonlah kepada Allah; dan jika engkau meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah. Dan ketahuilah bahwa jika seluruh umat berhimpun untuk memberikan manfaat (keselamatan) kepadamu, niscaya mereka tidak dapat melakukannya selain apa yang sudah Allah tetapkan untukmu.

Dan seandainya seluruh umat berhimpun untuk menecelakakanmu, niscaya mereka tidak dapat melakukannya kecuali kecelakaan yang memang sudah Allah tetapkan untukmu. Telah diangkat pena dan telah kering lembaran-lembaran.� (diriwayatkan oleh At-Tirmidzi. Dan dalam riwayat selaian dari At-Tirmidzi, Rasulullah saw. bersabda, �Jagalah Allah niscaya kamu akan mendapati-Nya di depanmu; kenalilah Allah pada saat mendapat kemudahan, niscaya Dia akan mengenalmu saat kamu mendapat kesulitan. Ketahuilah bahwa apa yang bukan jatahmu tidak akan mengenaimu dan apa yang menjadi jatahmu tidak akan salah sasaran. Ketahuilah bahwa pertolongan Allah bersama kesabaran; kelapangan ada bersama kesempitan; dan kemudahan ada bersama kesulitan.� (Al-Hakim dan Ahmad)

Kemenangan Islam dan dakwah islamiyyah adalah dambaan para pejuang di jalan Allah. Salah satu bentuk kemenangan itu adalah manakala nilai-nilai ilahiyyah mendapat tempat dalam kehidupan manusia, baik dalam urusan pribadi, keluarga, masyarakat, negara, ekonomi, politik, maupun urusan lainnya. Nilai-nilai ilahiyyah yang dimaksud tentu bukan saja perilaku-perilaku saleh individual akan tetapi juga kesalehan yang berdaya guna semisal keadilan, kejujuran, dan keberpihakan kepada kebenaran apa pun risikonya.
Untuk mencapai kemenangan itu tentu saja setiap Muslim harus berusaha secara optimal dalam batas-batas kemampuan manusiawi. Usaha optimal untuk mencapai kemenangan itu dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, evaluasi, dan seterusnya. Akan tetapi tetapi harus dipahami bahwa segala upaya sehebat apa pun yang dilakukan manusia bisa tidak punya makna sama sekali manakala tidak memdapat perkenana Allah swt. Dan sebaliknya betapapun serba terbatasnya kaum Muslimin �dalam hal material dan kuantitas personal� dalam upaya menegakkan kebenaran dan keadilan, jika Allah berkehendak untuk mengaruniakan kemenangan, tak satu kekuatan pun dapat menghalanginya.

Persoalannya adalah, apakah kita termasuk orang yang layak mendapat pertolongan Allah itu? Tentu ada prasyarat pertolongan Allah turun kepada kita. Nah, hadits di atas sarat dengan pesan-pesan luhur yang akan mengantarkan manusia mencapai kemenangan yang didambakan itu. Sampai-sampai sebagian ulama mengatakan, �Saya merenungi hadits ini dan saya benar-benar terperangah dengannya. Amat disesalkan bila ada yang tidak memahami makna hadits itu.�
Ihfazhillah, jagalah Allah! Menjaga Allah, kata Abul-Faraj Al-Hambali dalam kitabnya Jami�ul-�Ulumi Wal-Hikam, adalah menjaga aturan-aturan, hak-hak, perintah-perintah, dan larangan-larangan Allah swt. Tentu saja hal itu dilakukan dengan cara melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Jika seseorang melakukannya, maka ia termasuk orang-orang yang menjaga aturan-aturan Allah seperti yang disebutkan dalam ayat-Nya: �Inilah yang dijanjikan kepadamu, (yaitu) pada setiap hamba yang selalu kembali (kepada Allah) lagi memelihara (semua peraturan-peraturan-Nya). (Yaitu) orang yang takut kepada Rabb Yang Maha Pemurah sedang Dia tidak kelihatan (olehnya) dan dia datang dengan hati yang bertaubat.� (QS. 50: 32-33)
Kata �Hafizh� (memelihara) yang tercantum pada ayat di atas ditafsirkan dengan �menjaga (melaksanakan) perintah-perintah Allah dan menjaga diri dari dosa-dosa dan selalu bersegera untuk bertaubat jika melakukan kesalahan-kesalahan.�

Di antara perintah-perintah agung yang harus dijaga oleh setiap Muslim adalah:

1. Shalat.
Secara eksplisit Allah swt. memerintahkan kita menjaga shalat. Firman-Nya: �Peliharalah segala shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu.� (QS. 2:238)
Dalam ayat lain Allah memuji orang-orang yang memelihara shalat. Firman-Nya: �Dan orang-orang yang memelihara shalatnya.� (QS. 23:9)

Semakin banyak aktivitas, semakin berat beban perjuangan, semakin besar target yang ingin kita capai, seharusnya semakin membuat kita dekat dengan Allah. Dan momentum di mana seorang hamba sangat dekat dengan Allah adalah saat ia bersujud. �Keadaan yang paling dekat antara hamba dengan Rabbnya adalah saat di sujud. Maka perbanyaklah doa di kala sujud itu,� demikian sabda Rasulullah saw. dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim.

Jadi, sangat ironis bila semakin banyak kegiatan malah semakin terlalaikan shalat; dan lebih celakalah lagi bila shalat itu dilalaikan justru dengan alasan kesibukan. Tidak akan ada barokah dari aktivitas yang melalaikan shalat. Apa pun alasannya. Termasuk dengan alasan bahwa yang penting adalah shalat aktivitas. Yang dimaksud dengan shalat aktivitas adalah kegiatan yang diklaim sebagai perjuangan menegakkan kebenaran. Itu saja dianggap cukup sekalipun meninggalkan shalat. Pasti perjuangan itu bukan di jalan Allah melainkan di jalan thaghut.

2. Janji atau sumpah.
Integritas dan kredibelitas seseorang dapat dilihat, antara lain, dari tingkat komitmennya terhadap sumpah dan janji. Makanya Allah swt. memesankan agar orang beriman berpegang teguh kepada janji atau sumpah yang dibuatnya. Firman-Nya: �Dan peliharalah sumpah-sumpah kalian.� (QS. 5:89)
�Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpah itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat.� (QS. 16:91)

Lebih berat lagi bobot janji itu apabila pelanggarannya dapat menyebabkan kesengsaraan orang banyak. Misalnya janji atau sumpah jabatan. Atau janji yang dibuat untuk menarik dan merekrut orang agar mendukung dirinya dan berpihak kepadanya.

3. Kepala dan Perut.
Dan di antara hal yang wajib dijaga adalah kepala dan perut. Rasulullah saw. bersabda, �Malu yang sebenarnya kepada Allah adalah engkau menjaga kepala dengan segala yang termuat di dalamnya dan menjaga rongga perut dengan segala yang di kandung di dalamnya.� (Ahmad, At-Tirmidzi, Al-Bazzar)

Menjaga kepala dengan segala yang termuat di dalamnya di antaranya dengan menjaga pendengaran, penglihatan, lidah dari hal-hal yang diharamkan. Dan menjaga rongga perut adalah dengan menjaga hati dari segala penyakit hati.

Penjagaan Allah

Penjagaan Allah kepada hambanya menyangkut dua hal: pertama, kemaslahatan duniawi seperti penjagaan fisik, anak, keluarga, harta. Ini seperti yang Allah firmankan, �Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.� (QS. 13:11)
Ini terjadi misalnya pada Safinah maula (sahaya yang dimerdekakan oleh) Nabi saw. Saat perahu yang dinaikinya pecah ia terdampar di sebuah pulau. Di hutan ia bertemu dengan seekor singa. Ternyata singa itu memberi petunjuk jalan. Setelah itu sang singa pergi.

Kedua, dan ini yang paling penting, penjagaan dalam urusan agama, keimanan, dan akhlak. Allah menjaga para hambanya hingga mereka bisa menghindari perkara-perkara yang merusak iman dan akhlak, hingga mereka meninggal dunia dalam keadaan iman. Betapa saat-saat ini kita membutuhkan pemeliharaan iman.

Kesejatian cita-cita untuk menegakkan keadilan dan mewujudkan kesejahteraan dengan berbagai upaya harus dibuktikan dengan sikap sejati dalam melakukan pendekatan kepada Allah. Dan kejujuran menegakkan syari�at Islam harus dibuktikan dengan kejujuran melaksanakannya baik dalam diri pribadi, keluarga, masyarakat, dan dalam segala peran yang diembannya. Allahu a�lam.


sumber: dakwatuna.com

Tausyiah Andai aku seperti sirup

Tak ada yang lebih gusar melebihi makhluk Allah yang bernama gula pasir. Pemanis alami dari olahan tumbuhan tebu ini membandingkan dirinya dengan makhluk sejenisnya yang bernama sirup.

Masalahnya sederhana. Gula pasir merasa kalau selama ini dirinya tidak dihargai manusia. Dimanfaatkan, tapi dilupakan begitu saja. Walau ia sudah mengorbankan diri untuk memaniskan teh panas, tapi manusia tidak menyebut-nyebut dirinya dalam campuran teh dan gula itu. Manusia cuma menyebut, "Ini teh manis." Bukan teh gula. Apalagi teh gula pasir.

Begitu pun ketika gula pasir dicampur dengan kopi panas. Tak ada yang mengatakan campuran itu dengan �kopi gula pasir�. Melainkan, kopi manis. Hal yang sama ia alami ketika dirinya dicampur berbagai adonan kue dan roti.
Gula pasir merasa kalau dirinya cuma dibutuhkan, tapi kemudian dilupakan. Ia cuma disebut manakala manusia butuh. Setelah itu, tak ada penghargaan sedikit pun. Tak ada yang menghargai pengorbanannya, kesetiaannya, dan perannya yang begitu besar sehingga sesuatu menjadi manis. Berbeda sekali dengan sirup.

Dari segi eksistensi, sirup tidak hilang ketika bercampur. Warnanya masih terlihat. Manusia pun mengatakan, "Ini es sirup." Bukan es manis. Bahkan tidak jarang sebutan diikuti dengan jatidiri yang lebih lengkap, "Es sirup mangga, es sirup lemon, kokopandan," dan seterusnya.
Gula pasir pun akhirnya bilang ke sirup, "Andai aku seperti kamu."

Sosok gula pasir dan sirup merupakan pelajaran tersendiri buat mereka yang giat berbuat banyak untuk umat. Sadar atau tidak, kadang ada keinginan untuk diakui, dihargai, bahkan disebut-sebut namanya sebagai yang paling berjasa. Persis seperti yang disuarakan gula pasir. Kalau saja gula pasir paham bahwa sebuah kebaikan kian bermutu ketika tetap tersembunyi. Kalau saja gula pasir sadar bahwa setinggi apa pun sirup dihargai, toh asalnya juga dari gula pasir.
Kalau saja gula pasir mengerti bahwa sirup terbaik justru yang berasal dari gula pasir asli. Kalau saja para penggiat kebaikan memahami kekeliruan gula pasir, tidak akan ada ungkapan, "Andai aku seperti sirup!"

�wallahu�alam�

Sumber : http://beranda.blogsome.com/2008/11/10/andai-aku-seperti-sirup/

Tausyiah Kekuatan Fitrah Menghadapi Ujian

Oleh : DR. M. Hidayat Nur Wahid, MA
Kita yakin bahwa Islam adalah agama yang diridhai Allah dan agama rahmat bagi seluruh alam, bukan agama yang membawa kerusakan kepada manusia. Islam adalah agama yang menjadi solusi dan bukan sesuatu yang membawa destruksi. Namun, memperhatikan berbagai perkembangan negatif yang menimpa umat Islam, seperti krisis multi dimensional dan tuduhan terorisme, peran umat Islam semakin ditantang untuk kembali hadir dengan cara-cara yang sesuai dengan syariat Islam rahmatan lil �alamin.

Persoalan krisis krusial ini tidak dapat dihadapi dengan sikap acuh tak acuh atau kepanikan dan keputusasaan. Mari kita berkaca kepada sejarah perjuangan Nabi Muhammad Saw yang telah menghadapi dan mampu mengatasi kondisi-kondisi yang lebih kritis dalam waktu yang panjang dan melelahkan. Sejarah mencatat penderitaan besar yang dialami Rasulullah Saw selama beliau berdakwah di Mekkah, antara lain dalam bentuk teror dan boikot terhadap kaum muslimin oleh orang-orang kafir Quraisy selama tiga tahun.

Bahkan dipenghujung pemboikotan itu, dua pembela utama Rasulullah Saw, yaitu istri tercinta beliau Khadijah Ra wafat, lalu disusul oleh paman beliau Abu Thalib. Arahan-arahan Allah Swt dalam menghadapi dan mengatasi kondisi seperti ini telah jelas dinyatakan dalam Al-Qur�an, �Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik (hajran jamiila)� (QS Al-Muzammil : 10). Ada beberapa bentuk kesabaran yang diperlihatkan Rasulullah Saw dan kaum muslimin pada saat itu yang patut kita renungkan untuk menghadapi kondisi saat ini.

Pertama, keteguhan mengusung cita-cita dakwah. Meskipun pemboikotan itu demikian dahsyatnya, Rasulullah Saw dan kaum muslimin tetap bertahan pada cita-cita menegakkan kalimat Ilahi. Jika saja Rasulullah Saw seorang pemimpin yang lemah pastilah ia telah menyerah, tunduk dan patuh kepada kemauan dan teror kaum kafir Quraisy. Firman Allah Swt �Sekali-kali jangan. jangan kamu taat kepada orang-orang kafir itu. Bersujudlah dan mendekatlah (kepada Allah)� (QS Al Alaq: 19) Dalam konteks kekinian, salah satu masalah besar yang akan berdampak serius adalah manakala umat Islam kehilangan orientasi ketika menghadapi problematika perjuangan. Sehingga mereka rela menjual agamanya, harkat dan kedaulatannya yang justru hasilnya adalah semakin menjadikan umat Islam terperosok dalam kehancuran. Karenanya, umat Islam tidak boleh kehilangan orientasi untuk terus melanjutkan dakwahnya, beramar ma�ruf dengan cara yang ma�ruf dan ber-nahimunkar tidak dengan cara-cara yang munkar dengan merujuk kepada tujuan Rasulullah saw.

Bentuk kesabaran kedua adalah tetap menjaga ukhuwah di kalangan umat dan solidaritas sosial dikalangan pendukungnya. Rasulullah Saw dan kaum muslimin senantiasa mengokohkan persatuan dan solidaritas sosial diantara mereka. Dengan mengokohkan solidaritas sosial, kesengsaraan tidak akan menjadi sumber perpecahan lantaran tumbuhnya sikap saling menyalahkan. Termasuk kekompakan yang dijaga Rasulullah Saw adalah hubungan beliau dengan paman beliau Abu Thalib dan Abbas yang sekalipun belum menganut agama Islam, tetapi mereka terus menerus membela Nabi Muhammad Saw. Soliditas dan solidaritas inilah yang mampu membentengi kaum muslimin dari berbagai provokasi yang dapat melemahkan sikap dan perjuangan mereka. �Berpeganglah kamu semua pada tali Allah dan janganlah kamu berpecah belah� (QS Ali Imran: 102). Dalam konteks kekinian, sesuatu yang disesalkan apabila dalam kondisi yang demikian kritis, umat Islam di Indonesia terjebak pada skenario teror dan poltik belah bambu yang dimainkan oleh pihak-pihak yang tidak suka dengan kontribusi umat Islam bagi kemajuan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Karenanya, sikap Rasulullah di atas tetap layak untuk kita renungkan, sehingga selalu terdorong untuk tetap menjaga ukhuwah dan kerjasama diantara sesama umat Islam dan bahkan diantara keseluruhan anak bangsa Indonesia yang memiliki cita-cita memajukan bangsa ini. Karenanya, adanya perbedaan dalam bidang furu� fiqhiyah, hendaknya tidak disikapi dengan cara melanggar salah satu kaidah utama dalam Islam, yaitu menjaga ukhuwah Islamiyah, sehingga perbedaan semacam ini tidak menjadi faktor yang memecah belah umat yang jelas-jelas dilarang oleh Al-Quran dan sangat disukai oleh syaitan.

Bentuk kesabaran ketiga adalah terus melakukan inovasi perjuangan dakwah. Selama pemboikotan berlangsung, dakwah Islam tetap dilakukan oleh Rasulullah Saw dan para sahabatnya, sebagai bukti tidak matinya semangat dan cita-cita kaum muslimin. Para sahabat tetap gencar mendatangi rombongan para tamu keagamaan yang datang dari Mekkah dan menyampaikan pesan-pesan Islam kepada mereka. Kegiatan ini tidaklah mudah, karena setiap saat orang-orang Quraisy mencegah mereka dengan propaganda-propaganda penuh kebohongan. Bahkan Abu Lahab selalu berada di belakang Rasulullah Saw ketika beliau sedang menemui pimpinan kabilah-kabilah untuk menyampaikan dakwah Islam. Saat itu Abu Lahab selalu mengcounter dakwah beliau dengan mangatakan bahwa Rasulullah Saw telah berbohong dan menyampaikan ajaran yang tidak benar.

Kegigihan yang diperlihatkan oleh Rasulullah Saw dan kaum muslimin menandakan bahwa sebesar apapun rintangan yang dihadapi maka ikhtiar untuk mencari jalan keluar bagi pemecahan masalah-masalah dakwah tidaklah terhenti. �Dan sesungguhnya orang-orang yang bersungguh-sungguh di jalan Kami pasti akan kami tunjukan jalan-jalan Kami. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang berbuat baik.� (QS Al-Ankabut: 69). Dalam konteks kekinian, dengan masalah yang datang bertubu-tubi terhadap umat Islam dan bangsa Indonesia cenderug memunculkan sikap apatisme dan ketidakpedulian terhadap nasib sesama umat.

Masing-masing cenderung menyelamatkan diri sendiri dan tidak peduli dengan nasib orang lain, dengan mengikuti pola-pola solusi baku yang dimilikinya. Rasulullah Saw sebagaimana kisah yang ditampilkan di atas membuktikan bahwa justru dengan terus melakukan inovasi yang kontrukstif, krisis akan dapat ditanggulangi. Oleh karena itu keberanian, sikap inovasi dan kreatifitas harus diwujudkan dalam jiwa setiap pemimpin dan umat Islam, bukan jiwa yang beku, menyerah dan tergesa-gesa untuk mendapatkan hasil yang akan menyebabkan kita menjadi bebek, menjadi kolaborator musuh-musuh bangsa dan akhirnya menjadi kuli di negeri sendiri. Bentuk kesabaran yang keempat adalah senantiasa menjadikan doa dan tawakal sebagai benteng penjaga eksisitensi umat.

Diantara sikap dan ajaran yang diperintahkan Allah dan dilaksanakan oleh Rasulullah Saw dan kaum muslimin adalah sikap berdoa memohon pertolongan Allah, Dzat Yang Maha Kaya, Maha Kuasa dan Maha Bijaksana,serta sepenuhnya bertawakal diri (berserah diri) atas ketentuan terbaik yang kaan didapatkan mereka dari Allah Swt. Inilah yang dilakukan Rasulullah Saw dan kaum muslimin dalam berbagai peristiwa penindasan yang dialami mereka, termasuk dalam masa pemboikotan yang memakan waktu tiga tahun itu. Dalam konteks kekinian, seringkali karena kekalutan yang demikian akut sseorang atas sekelompok orang tidak lagi merasa penting berdoa dan berserah diri kepada Allah.

Tetapi dalam upaya mencari solusi krisis yang menimpa dirinya, ia justru meminta tolong dan berserah diri kepada selain Allah, yang justru semakin menghisabnya ke dalam pusaran krisis yang tidak berujung. Hendaknya kaum muslimin Indonesia menyadari bahwa Allah adalah Zat Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu, sehingga kita tidak hanya mengandalkan ikhtiyar-ikhtiyar kemanusiaan dan melupakan peran Allah Swt sebagai penentu. Rasulullah Saw seorang tokoh yang telah sukses mengantarkan umatnya keluar krisis itulah yang justru mengajarkan tentang pentingnya sikap berdoa dan bertawakal yang menandakan akan adanya sikap tawadhu, tahu diri dan penuh harapan kepada Zat Yang Maha Segala-galanya, yaitu Allah Swt. Sekali lagi umat Islam Indonesia harus percaya diri dengan panduan Al-Qur�an dan As-Sunnah yang mereka miliki.

Apalagi kita baru saja menyelesaikan ibadah puasa satu bulan lamanya, dimana di dalamnya kita biasakan untuk menginternalisasi secara efektif terhadap prinsip-pinsip kesabaran di atas. Kesadaran peran itu juga ditempa melalui berbagai akfitas kepedulian sosial termasuk dalam bentuk membayar zakat, sedekah, memakmurkan masjid, dan interaksi intensif dengan Al-Qur�an. Inilah kondisi fitrah yang merupakan jati diri setiap umat Islam. Ia mungkin terkotori oleh berbagai sikap menyimpang, akan tetapi interaksi intensif dengan aktifitas satu bulan Ramadhan itulah yang kiranya mengembalikan kita kepada fitrah. Fitrah yang begitu kokoh untuk kita jadikan sebagai pijakan penting untuk memberi kontribusi dan amal soleh bagi solusi problematika umat dan bangsa. Kita perlu terus menggelorakan semangat ini, sebab kita sadar bahwa keselamatan umat Islam berarti keselamatan bangsa ini. Sebaliknya keterpurukan umat Islam pasti akan membawa kehancuran bangsa ini. [http://www.pks-jaksel.or.id]

Menakar Kekuatan Politik PKS

Oleh : Fathuddin Ja'far, MA
Direktur Spiritual Learning Centre
Jl. Prof. Lafran Pane No. 198 Cimanggis Depok
Email: jafarfathuddin [AT] yahoo.com

URL asli: http://www.eramuslim.com/berita/analisa/menakar-kekuatan-politik-pks.htm

Akhirnya teka teki itu terjawab juga. Nyata sudah ke mana kapal PKS bersandar dalam Pilpres 2009 yang akan datang. Dengan langkah yang mantap, PKS menyatakan dukungannya pada pasangan capres dan cawapres SBY-Boediono. Tanpa ragu, para petinggi PKS mulai mensosialisasikan keputusan politik praktis mereka kepada para pimpinan dan kader di daerah, di antaranya melalui pesan singkat Presiden PKS, Tifatul Sembiring yang menjelaskan duduk perkara koalisi tersebut. Anehnya, sehari sebelum keputusan itu diambil, sang Presiden PKS masih ngotot bahwa pasangan SBY-Boediono adalah pasangan yang tidak pas karena tidak mencerminkan gabungan Islam-nasionalis. Hal itu hanya akan menyulitkan partai untuk menjelaskannya kepada konstituen dan pendukung partai. Semua itu akan menyebabkan mesin poltik pada Pilpres mendatang menjadi macet. Sehari kemudian, tiba-tiba sikap keras itupun buyar dan berbalik 180 derajat, sesaat setelah pertemuan empat mata antara ketua Majelis Syuro PKS Ust, Hilmi Aminuddin dengan SBY di Bandung 15 Mei yang lalu.
Sebab itu, akrobatik dan permainan sulap politik PKS tersebut menarik untuk dipelajari dan disoroti, agar umat Islam umumnya dan para kader PKS khususnya dapat memahami apa yang sebenarnya terjadi dalam tubuh PKS, khususnya pada kalangan elitenya.

Sebelumnya, pada Jumat, 01 Mei 2009 Sapto Waluyo, salah seorang kader PKS menuliskan kegundahannya pada harian Republika dengan judul Komunikasi Politik PKS. Tulisan tersebut sangat menarik. Kendati tulisan itu pendek, tapi mengenai sasaran utamanya. Kalau tidak salah, ini adalah kader PKS pertama dalam sejarah hidup partai yang mengklaim sebagai partai dakwah itu, yang berani mengkiritik langsung para petingginya secara terbuka. Dengan munculnya tulisan tersebut, paling tidak saudara Sapto Waluyo telah memulai sunnah hasanah (tradisi baik) dalam tubuh PKS itiu sendiri, yakni mengajak para elite partai itu untuk introspeksi diri dan mau mendengar nasehat dari kader atau dari siapa saja yang selama ini nyaris diharamkan. Atau dengan kata lain, mau melakukan nahi munkar di kalangan internal, khususnya terhadap kalangan elite sendiri.
Tidak berlebihan, jika dikatakan tulisan Sapto Waluyo mengandung sejuta makna. Sebagai seorang kader dan sebagai insan media yang biasanya memiliki penciuman tajam, pastilah Sapto Waluyo mengenal banyak hal tentang seluk beluk para elite PKS dalam memimpin partai yang didirikan pertama kalinya untuk kepentingan dakwah Islam, bukan kepentingan nasionalisme, sekularisme dan jangka pendek/pragmatisme para elitenya.

Apa yang sedang menjadi keprihatinan Sapto Waluyo - dan mungkin juga ribuan kader lainnya - dari tulisan tersebut dapat digarisbawahi sebagai berikut :
Manuver dan pernyataan elite PKS yang memancing kontroversi. PKS berperilaku bak debt collector yang main ancam demi mencapai kepentingan politiknya. Setiap pernyataan dan manuver elite PKS ternyata tak diukur manfaat dan mudharatnya terlebih dulu. Karena itu, PKS mengusulkan figur nonpartai. Ini seperti merendahkan posisi PKS sendiri, betapa manuver berkoalisi tanpa daya tawar yang memadai. Ketiga contoh itu mencerminkan betapa buruknya komunikasi politik sebagian elite PKS.

Kapasitas PKS sebagai learning organization mulai diragukan. Sesungguhnya, PKS telah 'dihukum' publik dan pemilih yang kritis dengan 'kekalahan' di Jakarta, Depok, Bekasi, Bandung, dan kota-kota besar lain. 'Jurus dewa mabuk' sebagian elite PKS dan iklan yang warna-warni. Target nasional 20 persen suara masih terlalu jauh dari jangkauan karena kesalahan strategi. Bahkan, prediksi yang realistik 12-15 persen suara pun tak tercapai.
Sesungguhnya bagi yang mengenal para elite PKS, bahkan jauh sebelum era partai, yakni sekitar tahun 80an sampai 90an, apa yang menjadi keprihatinan seorang Sapto Waluyo dan mungkin juga ribuan simpatisan lainnya tidaklah mengherankan. Karena bibit-bibit ketidak beresan itu sudah nampak jauh sebelum partai itu berdiri. Karena itu, sulit diharapkan PKS akan menjadi partai politik Islam yang besar selama carut marut elitenya tidak bisa diperbaiki. Hayalan sebagaian elitenya ingin mengalahkan Masyumi yang berhasil meraih 20 % suara pemilu tahun 1955, akan semakin jauh panggang dari api. Apalagi jika ingin menjadi teladan bagi partai dan ormas Islam lainnya dalam menegakkan ajaran Islam di negeri Islam terbesar di dunia saat ini.

Tulisan ini, mencoba membahas akar permasalahan yang sedang melilit tubuh PKS dan para elitenya, sehingga menyebabkan kondisi PKS carut-marut seperti sekarang ini. Ajaibnya lagi, sebagian besar kadernya belum menyadari dan bahkan selalu membelanya dengan membabi buta. Tak heran jika ada yang mengatakan, PKS ibarat pohon yang sedang mengalami keropos dari dalam. Kalau tidak diterapi secara maksimal, – mungkin dengan cara amputasi - tidak mustahil partai dakwah itu akan roboh tahun 2014 yang akan datang, atau paling tidak mengalami set back seperti yang sudah dan sedang dialami partai-partai Islam lainnya seperti PPP. PBB dan PBR. Karena itu, tulisan ini bertujuan memberikan masukan dalam perspektif dakwah Islam.


Fenomena PKS
Sebelum membahas akar permasalahan yang sedang melilit PKS, alangkah baiknya kita baca fenomena PKS melalui fakta terkait perolehan suaranya sejak tahun 1999 sampai 2009. Pada Pemilu 1999, yakni setelah satu tahu umurnya, yang saat itu bernama Partai Keadilan (PK) meraih sekitar 1.6 % suara. Perolehan suara partai yang kemudian berubah nama menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) melonjak tajam pada Pemilu 2004, yakni menjadi sekitar 7.34 %. Pada Pemilu 2009, PKS hanya meraih sekitar 7.88 %.

Yang menarik untuk dicermati, kendati perolehan suara secara persentase naik tipis sekitar 0,5 %, namun bila kita lihat dari total perolehan suara, sebenarnya menurun sekitar 130,000 suara. Di kota-kota besar seperti Jakarta dan sekitarnya penurunan itu sangat tajam. Sebaliknya di beberapa daerah mengalami kenaikan. Di DKI Jakarta misalnya, pada Pemilu 2004 PKS meraih sekitar 1,1 juta suara. Kemudian pada Pilkada DKI Jakarta setahun lalu, PKS meraih 1,53 juta suara. Menurut berabagai sumber, Adang membawa sekitar 0,5 sampai 0,6 juta suara. Jika data itu benar, berarti suara PKS di Jakarta dalam kurun 4 tahun mengalami penurunan sekitar 0,1 sampai 0,2 juta suara. Kemudian pada Pemilu 2009 yang baru lalu PKS hanya meraih suara sekitar 0,69 juta. Artinya, lima tahun belakangan suara PKS di DKI Jakarta merosot tajam sekitar 0,41 juta suara atau sekitar 37,27%. Kemerosostan tersebut menyebabkan PKS hanya meraih rangking tiga pada Pemilu 2009 di mana pada Pemilu 2004 meraih rangking pertama. Kali ini yang menjadi rangking pertama adalah PD dengan perolehan suara 31,89 %, kemudian PDIP 15,89% dan disusul PKS 13,12%.
Kecenderungan penurunan suara PKS itu sebenarnya sudah terlihat tiga tahun belakangan di berbagai Pilkada seperti DKI Jakarta, Bogor, Bekasi, Bandung, Jawa Barat, Sumatera Utara, (kendati menang pada dua propinsi ini dengan menggandeng tokoh dari PAN dan Golkar) dan berbagai daerah lainnya. Sayangnya, gejala penurunan tersebut ditanggapi secara keliru oleh para elite PKS. Untuk mendongkrak suara bukannya dengan memperbaki kinerja dakwah, mereka malah mengikuti pola dan strategi yang biasa dilakukan oleh partai-partai politik lainnya yang tidak mengedepankan nilai-nilai Islam, di antaranya jorjoran kampanye dengan menghamburkan dana besar-besaran, bahkan dengan menampilkan penyanyi dangdut dan band-band terkenal serta berbagai trik lainnya yang tak terpuji seperti menggandeng calon-calon kepala daerah yang bermasalah. Kaedah yang diterapkan adalah, yang penting kontribusi dananya Bung! Asal muasal dananyapun sudah tidak menjadi penting.. Setidaknya, menurut pengakuan sekjen PKS, Anis Matta, 36 milyar ludes buat kampanye. Walaupun menurutnya, dana sejumlah itu tergolong kecil dibanding partai-partai lain.

Pada Pemilu 2009 yang lalu, perilaku-perilaku tak terpuji itu semakin menggila. Lihat saja iklan-iklan PKS di tv dan iklan-iklan raksasa para caleg PKS yang terpampang di berbagai kota. Bendera, pamphlet dan spanduk yang mewarnai jalan-jalan protokol dan kampung yang terkadang tumpang tindih. Bukankah itu suatu kemubaziran? Apalagi jika ada yang bertanya : dari mana uangnnya diperoleh? Karena kebanyakan mereka dikenal beberapa tahun lalu masih biasa-biasa saja. Wajah-Wajah caleg wanita PKS yang dipampang pada spanduk dan baliho di pinggir-pinggir jalan berdampingan dengan para caleg kaum prianya dengan style genit dan menggelikan yang 10 tahun lalu masih dianggap haram. Belum lagi persaingan yang tidak sehat yang terjadi di antara sebagian caleg dalam merebutkan kursi yang sama setelah keputusan MK yang tidak memberlakukan nomor urut. Di samping itu semua, tercium pula sebagian caleg PKS juga menggunakan politik uang untuk membeli suara rakyat sebagaimana yang sering dilakukan oleh sebagian caleg dari partai-partai lain yang tidak menggunakan nama Islam.
Kendati belum terdengar para caleg PKS yang mengambil kembali sumbangannya ke Masjid, atau gila dan bunuh diri akibat kalah dalam Pemilu 2009 yang lalu seperti yang terjadi pada banyak caleg dari partai-partai lain, namun demikian bukan berarti sebagian caleg PKS yang tidak lolos itu tidak bermasalah. Kita sudah mendengar selentingan tentang kekesalan sebagian caleg yang tidak lolos dan menyebut-nyebut upayanya dalam membantu masyarakat seperti, mengepush dinas PU tertentu untuk membangun fasilitas di desa tertentu. Setelah sang caleg tersebut kalah di desa itu dan bahkan dapat suara hanya satu, dengan serta merta caleg tersebut emosi dan meminta kalangan PU terkait agar fasilitas yang sedang dibangun di desa tersebut segera dipindahkan ke tempat lain. Sungguh memalukan…

Dengan gaya dan cara kerja seperti itu, para kader dan elite PKS lupa bahwa mereka sedang melakukan blunder atau menggali kuburan sendiri. Karena banyak hal yang mereka lakukan bertolak belakang dengan prinsip dan nilai-nilai dakwah yang mereka dengungkan selama ini, di antaranya terkait dengan keikhlasan beramal. Mereka juga lupa mayoritas pendukung, khususnya dari kalangan simpatisan PKS itu orang-orang yang menginginkan kebaikan dan perubahan berdasarkan nilai-nilai Islam, bukan nilai jahiliyah. Di samping itu, konsentrasi penuh terhadap pola-pola dan aktivitas-aktivitas politik praktis tradisional yang mereka lakukan tidak mampu dan tidak akan pernah mampu mempengaruhi pola fikir masyarakat untuk mendukung dan mencintai PKS sebagai partai dakwah, termasuk kepada para kader yang kritis dan jujur dalam menerapkan ilmunya.
Sebuah fakta yang tak terbantahkan, dari sekitar 8 juta suara yang diraih PKS, kontribusi kader pendukung dan simpatisan mencapai sekitar 7 juta orang. Artinya, yang kemungkinan loyal mutlak sampai akhir hayat kepada PKS itu adalah para kader inti partai sekitar 12,5% atau sekitar 1 juta orang. Di samping itu terdapat juga sebagian kader pendukung yang bersikap terhadap PKS seperti kader intinya. Mereka inilah yang setiap saat didoktrin dengan berbagai doktrin agama (sebut : menggunakan agama) yang terkadang dijelaskan jauh dari pemahaman yang sebenarnya, sehingga mereka tidak sempat menggunakan akal sehat dalam membaca sepak terjang para petinggi partai dan menalar fenomena yang ada. Bahkan, belajar nilai-nilai Islampun seakan sudah tidak perlu lagi, karena semua apa yang dilakukan elite selalu mendapat stempel kesucian dan kebenaran lembaga tinggi partai yang bernama Dewan Syari’ah atau Dewan Syuro. Setiap saat para kader hanya dijejali informasi satu arah bersifat top down dan kewajiban mentaati semua keputusan elite atau lembaga tinggi partai serta larangan menalar dan mempertanyakannya.

Dalam berkoalisi (musyarokah) misalnya, sejak 2004 sampai hari ini, petinggi PKS selalu menggunakan doktrin “ muhtamal rojih fauzuhu (berkoalisi dengan yang kemungkinan besar menang). Doktrin sesat dan menyesatkan ini turun dari sang petinggi partai yang konon dinisbatkan ke tokoh dakwah dari luar sana. Sebab itu, doktrin tersebut dianggap oleh para kadernya sebagai SABDA yang haram untuk dipertanyakan kebenaran syar’inya. Kalau ada satu atau dua kader yang mempertanyakan, para petinggi pasti menjawabnya dengan jawaban yang ngawur. Sebaliknya, kita sering mendengar ungkapan konyol dari kader dalam menanggapi kritik masyarakat terhadap PKS, seperti, tidak mungkin para petinggi partai itu salah, karena mereka orang-orang baik (mengerti agama) dan para doktor syari’ah. Tsiqoh (percaya) ajalah! Kader seperti ini (mayoritas) pada hakikatnya sedang menikmati hidup dengan berprinsip membabi buta : right or wrong is my party dan right or wrong is my leader. Dalam istilah Hadits Rasul Saw, mereka ini disebut dengan “imma’ah”, alias pengekor. Namun demikian, diperhitungkan ada sekitar 10 % kader partai yang masih kritis, kendati tidak berani menyuarakan fikiran, isi hati, ilmu dan pendapat mereka.
Kondisi tersebut di atas diperparah lagi oleh ketidak jelasan visi dan misi PKS sebagai sebuah partai dakwah. Bukankah sebuah partai dakwah atau Partai Allah itu memiliki visi khilafatullah dan misi ibadah melalui penegakkan syari’at Allah di atas muka bumi? Apa yang tampak jelas ialah, segelintir elite yang haus kekuasaan dan oportunis di PKS malah sibuk bernegosiasi (baca : menjajakan diri dan partai) ke sana dan kemari membangun sebuah koalisi Pilpres 2009 yang dibungkus dengan “kepentingan partai dan masyarakat”, seperti halnya yang mereka pertontonkan pada Pilpres 2004 yang lalu. Musyarokah (koalisi) sudah berjalan hampir genap 5 tahun. Apa hasilnya? Apa menunggu koalisi 5 tahun lagi, kemudian 5 tahun lagi dan seterusnya? Yang jelas adalah, apa yang mereka lakukan tidak lebih dari sebuah koalisi pragmatis jangka pendek. Tidak peduli hasilnya seperti apa. Sebab itu, tak salah jika ada yang mengatakan koalisi yang dilakukan PKS sama sekali tidak ada kaitannya dengan kemaslahatan Islam dan umat Islam jangka pendek, apalagi jangka panjang.

Di tengah akrobatik dan permainan sulap poltik praktis tersebut, sebagian elite lain sibuk pula menjawab pertanyaan atau isu-isu yang dilontarkan oleh orang atau kelompok anti Islam seraya berkata: Saya bukanlah wahabi (mengikuti pemahaman akidah Islam yang diajarkan Muhammad Bin Abdul Wahab) kendati meraih pendidikan tinggi dari Saudi Arabia. Tidak semua lulusan Saudi itu wahabi, katanya dengan bangga.
Yang lebih mengenaskan lagi, mereka sibuk menjawab dan mengeluarkan statement untuk berkomitmen tidak menerapkan hukum Islam atau syari’at Allah di atas bumi Allah yang bernama Indonesia jika PKS berkuasa. Bahkan ada yang mengatakan syari’at Islam itu agenda masa lampau. Kalau ditanya oleh kader, mereka berkilah, ini hanya strategi menjaga dakwah.

Perlu mereka ketahui, ucapan tersebut tidak pantas diucapakan oleh tokoh partai dakwah dan hanya pantas diucapkan oleh tokoh partai nasionalis dan sejenisnya. Apakah mereka sudah menyakini kebenaran finalnya Pancasila dan UUD 45 sebagai landasan sebuah negara sehingga Al-Qur’an dan Sunnah diletakkan di bawahnya atau dibuang begitu saja? Atau karena gemetaran menerima pertanyaan dari kalangan pengusaha Cina? Jika asumsi pertama yang terjadi, berarti itu adalah ucapan kekufuran yang mengakibatkan akidah jadi bermasalah. Bila yang kedua yang dimaksud, maka itu adalah ucapan kemunafikan. Na’uzubillahi min dzalik.
Sepertinya, semua itu dilakukan hanya demi mengejar jabatan dan kursi cawapres dan sebagainya. Akhirnya, kursi cawapres yang diincar tak kunjung diraih. Sementara partai nasionalis seperti Hanura dan Gerindra yang meraih suara jauh di bawah PKS malah mendapat kursi yang mereka incar, minimal kursi cawapres. Apa yang dilakukan elite PKS itu persis bak kata penyair : Kami tambal dunia dengan merobek-robek agama kami. Akhirnya agamapun lenyap dan dunia yang ditambalpun juga tak kunjung dapat.

Melihat fenomena tersebut sulit diharapkan PKS akan menjadi partai politik Islam yang besar, kuat dan diprediksi mampu merubah kehidupan jahiliyah di negeri ini menjadi kehidupan islami yang menjadi syarat utama terwujudnya sebuah negeri “Baldatun Thayyibatun Warabbun Ghafur”, sebuah negeri baik yang mendapat ampunan Allah (Q.S. 34 : 15). Karena, secara nyata PKS tidak memiliki muqawwimat (faktor-faktor pendukung) ke arah itu, bahkan kehilangan jati diri sebagai sebuah partai dakwah.
Menurut hemat saya, hal tersebut paling tidak disebabkan tiga faktor utama berikut:

1. Leadership Tradisional
Leadership (kepemimpinan) yang diterapkan dalam tubuh PKS sangatlah tradisional dan cenderung diktator, sejak dari tingkat paling atas sampai ke tingkat yang paling bawah. Pola top down adalah suatu keharusan. Pemimpin, apalagi pemimpin tertinggi nyaris berprilaku sebagai seorang suci yang tak pernah bersalah dan mengetahui semua masalah. Apapun yang diinginkan dan di sampaikan harus menjadi sebuah titah atau sabda yang wajib dilaksanakan. Para kader tidak boleh menanyakannya, kenapa begini dan begitu. Apalagi mengkritik dan meluruskan. Hampir tidak ada kesempatan diberikan kepada kader untuk berfikir dan memahaminya dengan kaedah-kaedah ilmu yang benar.

Masih segar dalam ingatan kita saat menjelang Pilpres 2004 lima tahun lalu. Betapa kehendak dan keinginan sang petinggi PKS bisa membatalkan hasil rapat Majelis Syuro berkali-kali karena hasilnya berbeda dengan keinginannya. Mayoritas anggota Majelis Syuro saat itu menginginkan dukungan terhadap capres Amien Rais. Sedang pucuk pimpinannya Ust Hilmi Aminuddin dan segelintir anggota Majelis Syuro yang sepaham dengannya menginginkan dukungan diberikan kepada Jendral Wiranto. Kendati keputusan akhir Majelis Syuro yang diputuskan sehari sebelum Pemilu presiden 2004 berpihak kepada Amien Rais, namun di lapangan kasak kusuk pimpinan dan mereka yang sepaham dengannya tetap saja terjadi. Kami pernah mengkonfirmasi kepada salah seorang kader yang ditelpon langsung sang pemimpin sebelum memilih sambil berkata : “Yang memahami dakwah pasti mendukung Wiranto”. Yang lebih sadis lagi ialah setiap kader yang berani mengkritik pemimpin secara terus terang, pasti umurnya di partai tidak akan lama alias dipecat. Pemecatannyapun tidak perlu mengikuti aturan main yang ada.
Yang menyedihkan lagi ialah, pola kepemimpinan seperti ini sudah menular sampai ke level terbawah, yakni kelompok-kelompk pengajian yang dikelola langsung oleh partai tingkat Depera. Anggota kelompok pengajian mingguan seringkali tidak mendapat respon hal-hal yang menjadi keberatan atau yang perlu mendapat konfirmasi. Bila ditanyakan kepada ketua kelompok, kita akan selalu mendengar ungkapan : “ Tsiqoh (percaya) sajalah kepada jama’ah atau partai karena sudah hasil syuro” dan berbagai ungkapan lain yang aneh tapi nyata.

Untuk menjadikan semua keputusan dan keinginan pemimpin berjalan dengan mulus, pimpinan PKS menerapkan enam rukun leadership yang kesemuanya diambil dari istilah-istilah syar’i (terminology Islam) yang amat populer, yakni , ta’at, tsiqoh (percaya), husnuzh-zhan, fiqhuddakwah, ijtihad dan syura qiyadah (musyawarah pemimpin). Akhir-akhir ini, berkembang lagi dua istilah baru, yakni zuhud dan qona’ah fikriyah (kepuasan berfikir). Istilah-istilah tersebut memang sangat luar biasa pengaruh positifnya dalam kehidupan berjamaah atau berpartai. Tapi, akan menjadi malapetaka besar bagi sebuah jamaah atau partai jika pemahamannya keliru atau diselewengkan. Di samping enam rukun tersebut, ada dua istilah besar lain yang diajarkan pemahamannnya secara salah, yakni jama’ah dan bai’at. Dua istilah terakhir sangat efektif untuk dijadikan alat pengendali para kader agar tidak memiliki kesempatan berfikir kritis dan berbeda.
Sebab itu, sejak sebelum berdirinya partai sampai saat ini, kehidupan berjamaah para kader terasa hanya satu arah, yakni top down. Belum pernah terdengar seorang kader atau lembaga tinggi partai yang berwenang seperti Dewan Syari’ah atau Majelis Syuro misalnya, menanyakan tanggung jawab pemimpinya dan apakah tanggung jawab itu sudah ditunaikan dengan baik , maksimal dan adil, apalagi meminta pertanggung jawaban di hadapan Majelis Syuro atau Dewan Syariah kendati sudah memimpin hampir 30 tahun. Selama itu pulalah para kader selalu dituntut untuk taat dan tsiqah, apapun yang diminta. Padahal sudah menjadi kesepakatan dunia, bahwa berlama-lama dalam kepemimpinan itu cenderung menggiring sang pemimpin menjadi korup, apalagi saat kepemimpinan dijalankan dengan represif dan diktator.

Dalam tradisi PKS tidak dikenal istilah check and balance, transparansi, akuntabilitas dan sebagainya. Kepemimpinannya benar-benar tradisional, mirip kepemimpinan gereja di abad pertengahan. Semua nilai kebaikan dan kebenaran adalah monopoli tokoh agama yang sekaligus jadi pemimpin masyarakat. Akibat lain dari model kepemimpinan tradisional yang dijalankan, para kader jadi kehilangan rasa dan penciuman akan hak-hak mereka yang dirampas atas nama agama, dakwah dan perjuangan, khususnya hak berjamaah, berdakwah dan berislam secara benar yang dilandasi ilmu dan pemahaman.

2. SDM Kurang Berkualitas
Para elite PKS selalu bangga dan mengklaim bahwa partai mereka adalah partai terdidik. Terdapat sekitar 200 orang kader yang berpredikat doktor dan ribuan lainnya bergelar sarjana dalam berbagai lapangan. Secara kuantitas harus diakui sangat signifikan. Persoalannya bukan terletak pada kuantitas, akan tetapi pada kualitas. Sebuah pertanyaan yang selalu mengelitik kita ialah, kemana saja ratusan doktor dan ribuan sarjana itu? Apa saja peran yang sudah, sedang dan yang akan mereka mainkan dalam merekonstruksi kehidupan umat dan bangsa ini, khususnya dalam dunia perpolitikan negeri yang carut-marut ini?

Dalam perspektif dakwah, peran politik sebuah partai poltik Islam ialah melakukan reformasi (perbaikan) sistem pemerintahan secara menyeluruh paling tidak mencakup :

1. Sistem politik.

2. Hukum dan Perundang-undangan.

3. Manajemen pemerintahan.

4. Sistem pendidikan (formal dan informal).

5. Sistem ekonomi dan bisnis.

6. Kepolisian, militer dan keamanan

7. Media dan sosial kemasyarakatan.

8. Seni dan kebudayaan.

Dari delapan poin tersebut, reformasi apa yang sudah dilakukan oleh PKS selama 10 tahun terlibat politik? Padahal mereka selau mengklaim sebagai partai dakwah, bahkan mengklaim sebagai penganut paham dakwah Ikhwanul Muslimin. Sebagai bahan masukan, alangkah baiknya kita melihat konsep ishlah siyasi (reformasi politik) yang digagas Hasan Al-Banna, pendiri Ikhanul Muslimin itu sendiri. Ada tiga hal yang menjadi fokus reformasi politik Hasan Al-Banna:

1. Aspek politik, hukum dan manajemen pemerintahan yang dirinci sebanyak 10 poin seperti, Membasmi fanatik buta terhadap partai dan mengarahkan kekuatan politik umat kepada kesatuan arah dan kesatuan shaf. Mereformasi perundang-undangan sehingga sesuai dengan syari’at Islam dalam semua cabang-cabangnya. Memperkuat militer, memperbanyak perkumpulan para pemuda (seperti pramuka dan sebagainya) dan membangkitkan semangat juang mereka yang dilandasi Jihad Islami (fi sabilillah). Memperkuat ikatan negeri-negeri Islam, khususnya negeri-negeri Arab, sebagai landasan mewujudkan pemikiran terkait tegaknya Khilafah yang sudah hilang. Membangkitkan spirit keberislaman di lembaga-lembaga pemerintahan sehingga semua warga merasakan akan kebutuhan mereka terhadap ajaran Islam. Mengontrol prilaku pegawai negeri dan tidak membedakan antara prilaku individu dengan profesi mereka. Membasmi KKN (sogok, upeti, hadiah dan sebagainya) dan berpatokan atas kecukupan dan ketentuan undang-undang saja. Menimbang semua aktivitas pemerintahan dengan timbangan Islam dan ajaran Islam. Maka aturan pesta peringatan hari-hari besar nasional, acara-acara resmi, penjara dan rumah sakit tidak boleh bertentangan dengan ajaran Islam dan demikian pula jam kerja tidak boleh bentrok dengan waktu-waktu shalat fardhu.

2. Aspek sosial dan keilmuan yang dirinci sebanyak 30 poin seperti, Membiasakan masyarakat untuk menghormati etika umum, membuat petnjuk-petunjuk yang jelas untuk menjaga undang-undang terkait dan memberikan hukuman yang keras terhadap para pelanggarnya. Mengobati persoalan kaum wanita dengan obat yang menggabungkan antara ketinggian nilai dan penjagaan atas mereka sesuai dengan ajaran Islam agar persoalan masyarakat yang amat penting ini, tidak dibiarkan di bawah kasih sayang tulisan dan pendapat mereka yang mengabaikan atau berlebihan secara ekstrim. Membasmi pelacuran, baik yang sembunyi-sembunyi maupun yang terang-terangan dan menganggap perzinahan adalah tindakan kriminal yang harus diingkari. Apapun situasinya dan pelakunya harus dihukum. Membasmi perjudian, khamar sebagaimana juga narkoba dan mengharamkannya agar masyarakat terbebas dari kejahatannya. Menggalakkan pernikahan dan berketurunan dengan berbagai cara dan membuat undang-undang yang melindungi keluarga serta mencarikan solusi yang dihadapi. Memerangi berbagai tradisi yang berimplikasi negatif terhadap ekonomi atau moral. Mengarahkan masyarakat kepada tradisi-tradisi positif dan produktif dan pemerintah beserta segenap penyelenggara negara haruslah menjadi contohnya. Menyusun sistem dan startegi pendidikan yang mampu meningkatkan kualitas SDM dengan target-target yang jelas bagi setiap level pendidikan. Mengarahkan media massa agar menjadi sarana pendidikan dan hiburan yang cerdas dan bersih. Konsentrasi terhadap masalah kesehatan masyarakat dan mensosialisasikan masalah kesehatan tersebut serta memperbanyak sarana pelayanan kesehatan masyarakat seperti rumah sakit dan sebagainya agar mudah dan murah. Menata perumahan dan perkampungan yang berlandaskan keindahan dan kebersihan.

3. Aspek ekonomi yang mencakup 10 poin. Di antaranya, mengatur masalah zakat, baik pemungutannya maupun pendistribusiannya berdasarkan syariat Islam, termasuk kebutuhan umum seperti panti jompo, anak yatim, fakir miskin dan penguatan militer. Mengharamkan riba dan memenej dunia perbankan sehinnga menuju transaksi bebas riba. Menggalakkan proyek-proyek ekonomi dan meciptakannya sebanyak mungkin sehingga mampu menampung seluruh potensi tenaga kerja dan melepaskan diri dari ketergantungan pada tenaga kerja asing dalam semua sektor. Menjaga masyarakat dari praktik monopoli ekonomi, memberikan batas-batas yang wajar serta mengarahkan perusahaan-perusahaan asing maupun nasional untuk kemaslahatan masyarakat. Memperbaiki selalu kondisi pegawai negeri dan buruh dengan cara menaikkan gaji mereka dan mengurangi jumlah pegawai level atas. Memotivasi sektor pertanian, perkebunan dan perindustrian serta berupaya selalu meningkatkan kualitas produksi pertanian dan industri. Mengutamakan proyek-proyek vital seperti infrastruktur ketimbang proyek-proyek mercusuar lainnya.

Agar tidak menjadi debat kusir, coba evaluasi dengan baik keberadaan PKS 10 tahun berpolitik dengan menurunkan ribuan kader sebagai anggota legislatif dan sekian banyak yang terlibat di eksekutif. Reformasi apa gerangan yang telah mereka lakukan berdasarkan cara pandang dakwah yang selama ini diklaim dan didendangkan?

Melihat kenyataan di atas, kiranya tak perlu PKS berbangga dengan 200an kadernya yang berpredikat doktor dan ribuan sarjana dalam berbagai bidang, termasuk bidang syar’i. Berapa di antara mereka yang memiliki keahlian dalam bidang ekonomi dan sistem keuangan Islam? Berapa di antara mereka yang menguasai undang-undang pidana dan perdata Islam dengan segala macam komparasinya dengan undang-undang jahiliyah lainnya? Berapa di antara mereka yang menguasai konsep pendidikan Islam yang dapat memberikan solusi nyata bagi keterpurukan SDM negeri ini? Berapa pula di antara mereka yang menguasai konsep politik dan manajemen pemerintahan Islam sehingga menjadi pemerintahan yang bersih dan kuat mengadapi ancaman dari dalam dan penjajahan moderen dari luar? Berapa pula gerangan di antara mereka yang memiliki keahlian mengatasi berbagai problematika sosial dan kemiskinan yang semakin hari semakin meroket? Berapa mereka yang meguasai konsep media Islam yang bersih dan cerdas sehingga media di negeri ini menjadi sarana pendidikan dan hidburan yang bekualitas dan bersih dari unsur-unsur kemungkaran dan syahwat? Berapa di antara mereka yang memiliki keahlian di bidang strategi dan militer sehingga militer dan keamanan negeri yang amat besar ini kuat dan terlepas dari pengaruh dan ancaman asing? Berapa pula mereka memiliki peneliti-peneliti handal di bidang sains, teknologi, ekonomi, sosial, hukum dan sebagainya sehingga dapat menjadi referensi negara dan masyarakat? Dan banyak lagi pertanyaan yang layak dilontarkan.

3.Sentralistik Kekuasaan
Persoalan yang tak kalah besarnya yang sedang meilit tubuh PKS adalah sentralistik kekuasaan. Sentralistik dalam tubuh PKS nyaris mirip dengan sentralistik yang dibangun pemerintahan Soeharto selama 32 tahun. Saat petinggi PKS mengusulkan maaf bagi Soeharto, kemudian disusul dengan ucapan belasungkawa atas meninggalnya Soeharto di koran nasional dan setelah itu mengusulkannya menjadi pahlawan nasional, hakikat pola PKS dalam memenej (baca : memerintah) para kadernya sebenarnya sudah terjawab, yakni apa yang disebut dengan sentralistik atau seragamisasi mirip dengan zaman Orba.

Sentralistik dan seragamisasi telah melahirkan kader-kader yang taat buta dan tidak berani berbeda pendapat. Besar kemungkinan para doktor dan sarjana yang menjadi kader PKS tidak mampu membaca berbagai persoalan yang melilit tubuh PKS, atau mampu membacanya tapi tidak berani mengemukakannya, bukan karena mereka tidak pintar, melainkan kecerdasan mereka layu dan mengkerut karena virus doktrin yang diambil dari ajaran Islam yang diselewengkan makna dan tujuannya. Ambil saja istilah bai’at dan jamaah misalnya. Hampir semua kader dipahamkan jika mereka berbeda pendapat dengan qiyadah (pemimpin) dan mengeritiknya, hal itu bisa mencederai makna bai’at dan jamaah. Karena kritis itu dianggap melanggar salah satu rukun bai’at yaitu ta’at. Kritis yang dianggap melanggar bai’ah itu dapat pula berimplikasi negatif terhadap keislaman mereka. Ini tentulah amat menakutkan. Anehnya, pemahaman keliru seperti ini bukan hanya diamini (diiyakan) oleh para kader yang tidak berlatar belakang syari’ah. Yang berlatar belakang syari’ahpun sama-sama meyakininya.Mereka lupa bahwa rukun bai’at yang pertama adalah faham.
Akibatnya sudah dapat diprediksi. Di antaranya, lembaga-lembaga tinggi partai mandul. SDM-nya yang sangat potensial tidak berkembang dan bahkan mundur. Tradisi keilmuan menjadi mati suri. Debat dan diskusi dua arah lenyap ditelan bumi. Dominasi qiyadah (pemimpin) dengan segala levelnya semakin menjadi-jadi. Ketergantungan tehadap pemimpin sangat tinggi dan bahkan bagi sebagian kader telah menjadi candu. Arah dan tujuan hidup, khususnya hidup dakwah tergantung kepada atasan. Terjadi kehidupan elitis dan materialistik yang menggelikan dan mengerikan. Kendatipun pemimpin dan para elitenya menari-nari di atas penderitaan kadernya, semuanya harus dapat dimaklumi. Bahkan sebesar apapun kesalahan dan keteledoran mereka dalam dakwah dan politik harus dipahami sebagai sebuah kebijaksanaan dan kecerdasan. Seperti apapun sepak terjang politik pragmatis elite mereka harus dilihat dengan kaca mata husnuzh-zhan (berbaik sangka). Nah, bila ini yang terjadi, maka tunggulah kehancuran.

Kesimpulan
Jika persoalan-persoalan tersebut tidak dipahami, dirasakan dan dicarikan solusi yang tepat berdasarkan ajaran Islam, sulit kiranya PKS akan menjadi partai politik Islam yang besar, kuat dan diharapkan mampu merubah kehidupan jahiliyah di negeri ini menjadi kehidupan islami. Doktrin-doktrin internal hanya mampu meyakinkan mayoritas kadernya. Masyarakat luas, khususnya umat Islam yang berjumlah hampir 200 juta semakin sulit dijangkau karena prilaku elite dan sebagian besar kader mereka sendiri.

Namun demikian, PKS akan tetap menjadi partai politik tradisonal seperti partai-partai Islam lainnya. Karena, konon menurut data survey, dari 10 orang Indonesia, hanya 3 orang yang kritis dan 7 orang lainnya ikutan saja. Dari 3 orang yang kritis itu hanya satu yang jujur dan berani berkata benar. Yang satu adalah oportunis, sedangkan yang satu lagi safety player. Jika survey tersebut benar, meminjam istilah kader PKS sendiri, sebenarnya harapan (perbaikan PKS) itu masih ada, tapi dengan syarat jika satu yang kritis dari 10 orang itu siap berkata benar kendati pahit dan siap menanggung apapun resiko organisasinya. Semoga… Allahu a’lamu bish-shawab.

Minggu, 05 Juli 2009

AGAR ANDA BAHAGIA DENGAN SUAMI ANDA Majdi Fathi Sayyid

1. Jangan membiarkan suami anda memandang dalam keadaan anda tidak
menggembirakannya. Wanita yang paling baik adalah wanita yang selalu
membuat suaminya bahagia.
2. Hendaklah senyum itu senatiasa menghiasi bibirmu setiap anda dipandang oleh
sang suami.
3. Perbanyaklah mencari keridhan suami dengan mentaatinya, sejauh mana
ketaatan anda kepada suami, sejauh itu pulalah dia merasakan cintamu
kepadanya dan dia akan segera menuju keridhaanmu.
4. Pilihlah waktu ynag tepat untuk meluruskan kesalahan suami.
5. Jadilah anda orang yang lapang dada, janganlah sekali-kali menyebut-nyebut
kekurangan suami anda kepada orang lain.
6. Perbaikilah kesalahan suami dengan segala kemampuan dan kecintaan yang
anda miliki, janganlah berusaha melukai perasaannya.
7. Janganlah memuji-muji laki-laki lain dihadapan suami kecuali sifat diniyah yang
ada pada laki-laki tersebut.
8. Jangan engkau benarkan ucapan negatif dari orang lain tentang suamimu.
9. Upayakan untuk tampil di depan suamimu dengan perbuatan yang disenanginya
dan ucapan yang disenanginya pula.
10. Berilah pengertian kepada suami anda agar dia menghormatimu dan saling
menghormati dalam semua urusan.
11. Anda harus selalu merasa senang berkunjung kepada kedua orang tuanya.
12. Janganlah anda menampakkan kejemuan padanya, jika terjadi kekurangan
materi Ingatlah bahwa apa yang ia berikan kepadamu sudah lebih dari cukup.
13. Biasakanlah anda tertawa bila ia tertawa, menangis dan bersedih jika ia
bersedih. Karena bersatunya perasaan akan melahirkan perasaan cinta kasih.
14. Diam dan perhatikanlah jika ia berbicara.
15. Janganlah banyak mengingatkan bahwa anda pernah meminta sesutu
kepadanya. Bahkan jangan diingatkan kecuali jika anda tahu bahwa ia mudah
untuk diingatkan.
16. Janganlah anda mengulangi kesalahan yang tidak disenangi oleh suami anda
dan ia tidak suka melihatnya.
17. Jangan lupa bila anda melihat suami anda shalat sunnah di rumah, hendaknya
anda berdiri dan ikut shalat dibelakangnya. Jika ia membaca, hendaknya anda
duduk mendengarkannya.
18. Jangan berlebih-l;ebihan berbicara tentang angan-angan pribadi di depan suami,
tetapi mintalah selalu agar ia menyebutkan keinginan pribadinya di depanmu.

Ummu Salma 1 dari 2 23/03/2007

http://www.ummusalma.wordpress.com
Maktabah Ummu Salma al-Atsariyah

19. Janganlah mendahulukan pendapatmu dari pendapatnya pada setiap masalah,
baik yang kecil maupun yang besar. Hendaklah cintamu kepadanya mendorong
anda mendahulukan pendapatnya.
20. Janganlah anada mengerjakan shaum sunnah kecuali dengan izinnya, dan
jangan keluar rumah kecuali dengan sepengetahuannya.
21. Jagalah rahasia yang disampaikan kepadamu dan janganlah menyebarkannya
sekalipun kepada kedua orang tuanya.
22. Hati-hati jangan sampai menyebut-nyebut bahwa anda lebih tinggi derajatnya
dari derajat suami. Hal itu akan mengundang kebencian kepadamu.
23. Jika salah satu dari orang tuanya sakit atau kerabatnya, maka anda punya
kewajiban untuk menjenguk bersamanya.
24. Sesuaikanlah peralatan rumah tangga anda dengan barang-barang yang
disenangi suami anda.
25. Jangan sampai anda meninggalkan rumah meskipun sedang bertengkar
dengannya.
26. Katakanlah kejemuan dan kebosananmu ketika ia sudah meninggalkan rumah.
27. Terimalah udzurnya ketika ia membatalkan janjinya untuk keluar bersamamu,
karena mungkin ia terpaksa memenuhi panggilan orang yang datang kepadanya.
28. Hindari sifat cemburu, sesungguhnya cemburu adalah senjata penghancur.
29. Janganlah mengabaikan pemimpinmu (suami) dengan alasan bahwa ia telah
menjadi suamimu.
30. Janganlah anda berbicara dengan sang suami, seakan-akan anda suci dan dia
berdosa.
31. Jagalah perasaannya, jangan gembira ketika dia sedang sedih dan jangan
menangis ketika dia gembira.
32. Perbanyaklah menyebut-nyebut keutamaan suami di hadapannya.
33. Perlihatkan kepada suamimu bahwa anda turut merasakan apa yng dirasakan
sang suami tatkala ia tidak berhasil mencapai maksud dan tujuannya.
34. Perbaharuilah (tekad suami) ketika terjadi kegagalan.
35. Jauhilah sifat dusta karena hal itu kanmenyakitkannya.
36. Ingatkanlah selalu pada suamimu bahwa anda tidak tahu (bagaimana nasib
anda) seandainya anda tidak dipersunting olehnya.
37. Ucapkanlah rasa syukur dan terima kasih pada waktu ia memberikan sesuau
kepadamu.

Sumber: “Nasehat kepada para Muslimah”, bagian kedua, Fathi Majdi as-Sayyid., Pustaka
Arafah, Cetakan I: April 2001/Muharram 1422H, hal.66-70

Jazakillah ukhti Salma, tulisannya ana kutip ya….

10 Tips untuk Menjadi Suami yang Sukses

Sebagai suami (saya) terkadang malez banget baca tips model begini. Kesannya teori banget, teori nggak segampang prakteknya. Tapi, berhubung pengen jadi suami yang baek, bolehlah ngintip tips-tips seperti ini. Siapa tahu bisa melestarikan hubungan suami-istri.

Mungkin bagi yang sudah menikah berpuluh tahun atau belasan tahun, bisa menambahkan tips ini. Mudah-mudahan menjadi amal yang tak putus meskipun tanah sudah memeluk kita.

Ingredients:
- Kesabaran
- Kesungguhan
- 0% Gengsi sebagai suami atau laki-laki

Directions:
10 Tips untuk Menjadi Suami yang Sukses

1. Tampil rapih, bersih dan wangilah untuk istri anda. Kapan terakhir kali kita para suami pergi berbelanja baju yang bagus? Seperti halnya para suami yang ingin istrinya tampil cantik untuknya maka para istri pun sama yaitu ingin suaminya tampil tampan untuk mereka. Ingatlah bahwa Nabi Muhammad SAW selalu menggunakan siwak jika pulang ke rumah dan beliau menyukai wangi-wangian.

2. Gunakan nama panggilan kesayangan khusus untuk istri anda. Nabi Muhammad SAW memberi nama kesayangan untuk istri-istrinya. Gunakan panggilan kesayangan untuk istri anda yang ia sukai dan jangan menggunakan nama panggilan yang bisa melukai perasaannya.

3. Jangan perlakukan dia seperti halnya nyamuk. Kita tidak pernah memikirkan nyamuk sampai nyamuk tersebut menggigit kita. Dan jangan sampai para suami cuek, membiarkan istrinya seharian penuh dan hanya memberi perhatian ketika istrinya 'menggigit' atau minta diperhatikan. Jangan perlakukan para istri seperti halnya nyamuk; perlakukan mereka dengan baik dan berikan perhatian kepada mereka tanpa harus menunggu 'digigit'.

4. Jika para suami melihat ada yang salah dengan istri mereka, cobalah untuk diam dan tidak mengeluarkan komentar. Seperti itulah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW ketika beliau melihat sesuatu yang tidak cocok pada istri-istrinya. Inilah cara yang hanya dikuasai oleh sedikit laki-laki Muslim.

5. Tersenyumlah ketika anda para suami melihat istri anda dan peluklah mereka dengan rutin. Senyum adalah sedekah bagi tiap Muslim yang melakukannya begitu pun dengan tersenyum kepada istri anda. Bayangkan hidup anda dengan dia yang selalu melihat anda tersenyum. Dan juga ingatlah sebuah hadits ketika Nabi Muhammad SAW mencium istrinya sebelum melaksanakan shalat meski saat itu beliau sedang berpuasa.

6. Berterima kasihlah kepada dia atas semua yang dilakukannya untuk anda. Lalu ucapkan terima kasih lagi. Contohnya ketika makan malam. Istri anda sudah memasak, membersihkan rumah dan banyak lagi pekerjaan yang harus ia lakukan. Dan kadang setelah selesai makan malam ucapan yang ia dapatkan adalah bahwa kurangnya garam dalam sop yang dimasak oleh istri anda. Jangan bersikap seperti itu; berterima kasihlah.

7. Minta kepada istri anda untuk menuliskan 10 hal terakhir yang anda lakukan untuknya yang bisa menyenangkan dia. Lalu lakukan dan kemudian minta lagi. Mungkin akan sulit jika anda menebak sendiri apa yang bisa menyenangkan istri anda. Anda tidak perlu menebak-nebak, tanyakan kepadanya, lalu lakukan dan ulangi terus sepanjang hidup anda.

8. Jangan anggap tidak penting permintaan istri anda. Buat istri anda nyaman. Terkadang para suami mungkin terlihat tidak bersemangat ketika istri mereka meminta sesuatu. Nabi Muhammad SAW mencontohkan kepada kita dalam suatu ketika kejadian Safiyyah RA menangis karena beliau menempatkan dia di onta yang lambat jalannya. Lalu beliau sapu air matanya, menghibur dia dan membawakan onta untuknya.

9. Bercanda dan bermainlah dengan istri anda. Lihat bagaimana Nabi Muhammad SAW sering balap lari dengan istrinya Siti Aisyah RA di gurun. Kapan terakhir kali kita bercanda dan bermain dengan istri kita seperti halnya yang pernah Nabi Muhammad SAW lakukan?

10. Selalu ingat sabda Nabi Muhammad SAW: "Sebaik-baik di antara kamu adalah yang paling baik pada keluarganya dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku." Cobalah untuk menjadi yang terbaik.


Jangan lupa untuk berdoa kepada Allah SWT agar rumah tangga anda menjadi rumah tangga yang sakinah, mawaddah wa rahmah. Sesungguhnya Allah SWT Maha Tahu apa yang terbaik untuk kita semua.


Ditulis oleh : Muhammad AlShareef

Sabtu, 04 Juli 2009

Memilih pemimpin

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa memilih seseorang menjadi pemimpin untuk suatu kelompok, yang di kelompok itu ada orang yang lebih diridlo’i Allah dari pada orang tersebut, maka ia telah berkhianat kepada Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman.”

Inilah bunyi lengkap hadits tersebut:

عن ابن عباس ، رضي الله عنهما قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « من استعمل رجلا من عصابة وفي تلك العصابة من هو أرضى لله منه فقد خان الله وخان رسوله وخان المؤمنين » « هذا حديث صحيح الإسناد ولم يخرجاه »

(Kitab Al Mustadrak Lishshahihaini, Imam Al Hakim, Juz 16, halaman 345.)

Kata عصابة bermakna komunitas yang berjumlah antara 10 – 40 orang.

Kata خان الله Idhofah: berkhianat kepada Allah (ancaman keras).

Subhanallah, memilih pemimpin tidaklah perkara sederhana, ia merupakan hajat besar kehidupan manusia.

Memilih pemimpin tidak sekedar perkara cabang dalam agama, namun bagian dari masalah prinsip.

Dalam komunitas kecil saja, memilih pemimpin harus bertanggung jawab, apalagi memilih pemimpin untuk mengurus suatu Bangsa, Propinsi, Kabupaten dst.

Sungguh, penisbatan berkhianat kepada Allah swt, Rasul-Nya dan kaum mukminin, merupakan ancaman keras bagi siapapun yang tidak bertanggung jawab dalam memilih pemimpin.

Saudaraku, agar kita terhindar dari ancaman ini, marilah kita perbanyak informasi, pengetahuan terhadap calon-calon pemimpin yang ada, untuk selanjutnya kita pilih sesuai hati nurani kita.

Kita berlindung kepada Allah swt, agar tidak termasuk dalam katagori ancaman hadits ini. Amin Yaa Rabbal ‘Aalamin. Allahu A’lam.

Berserah diri pada Allah

Puncak dari seluruh perjalanan keagamaan kita ini sebenarnya adalah berserah diri kepada ALLOH. Seluruh tahapan-tahapan kualitas yang pernah kita jalani dalam beragama, muaranya adalah berserah diri kepada ALLOH saja. Hal ini dikemukakan ALLOH di dalam berbagai ayatNya.

QS. An Nisaa : 125
“Dan siapakah yang lebih baik agamanya di antara kalian, selain orang orang yang berserah diri hanya kepada ALLOH, dan dia selalu berbuat kebajikan…”

Berserah diri adalah tingkatan tertinggi di dalam beragama Islam. Sehingga secara retorika, ALLOH bertanya kepada kita : siapakah yang lebih baik agamanya di antara manusia, kecuali orang-orang yang berserah diri kepada ALLOH? Jawaban atas pertanyaan itu te lah diberikan sendiri olehNya, bahwa yang terbaik adalah berserah diri.

Di ayatNya yang lain, secara tegas ALLOH menempatkan ‘berserah diri’ itu di atas keimanan dan ketakwaan.

QS. Ali Imran (3) : 102
“Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kalian dengan takwa yang sebenar-benarnya, dan janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan berserah diri (Islam).”

Keimanan adalah langkah awal, dimana seseorang ‘dianjurkan’ untuk memperoleh keyakinan bahwa apa yang akan dia jalani di dalam beragama ini adalah benar dan bermanfaat.

Setelah ia peroleh keyakinan itu, maka ia mesti menjalankan dalam kehidupan yang sesungguhnya. Sebab beragama ini memang bukan sekadar pengetahuan dan keyakinan saja, melainkan untuk dijalani. Diamalkan. Itulah Takwa : sebuah upaya terus-menerus untuk tetap istidomah di dalam menjalani agama. Ini tidak mudah. Karena itu ALLOH mengatakan di ayat tersebut bertakwalah kalian dengan ’sebenar benarnya’. Dengan upaya yang sangat keras dan sungguh-sungguh.

Dan puncaknya, adalah berserah diri kepada ALLOH semata. Orang yang sudah makan asam garam kehidupan dalam proses peribadatan yang sangat panjang.

Ketika seseorang sudah mencapai tingkatan ‘berserah diri kepada ALLOH’, maka bisa dikatakan dia sudah menemukan hakikat kehidupan. Bahwa segala yang ada ini tenyata bukan miliknya.

Harta yang dia punyai pun sebenarnya bukan miliknya. Karena ternyata, dia tidak pernah bisa menolak kehadiran maupun lenyapnya harta itu ketika sudah waktunya.

Demikian pula istri atau suami, dan keluarga yang dicintainya. Semuanya juga bukan miliknya. Karena suatu ketika, mereka satu per satu akan meninggalkannya.

Kekuasaan, juga tidak pernah ada yang kekal abadi. Kekuasaan yang dia peroleh hari ini, suatu ketika harus dilepasnya pula. Dia dibatasi oleh umur dan kondisi di sekelilingnya.

Bahkan dirinya dan hidupnya. Ternyata, juga bukan miliknya. Dia tidak pernah bisa menghindari sakit, lelah, sedih, gembira dan berbagai masalah yang menghampiri kehidupannya. Bahkan akhirnya, dia tidak pernah bisa melawan proses ketuaan. Suatu ketika dia harus merelakan kehidupannya, meninggalkan dunia yang fana, untuk kembali kepada Sang Pemilik Kehidupan.

Maka, ujung dari seluruh perjalanan kehidupannya itu, ia menyimpulkan untuk berserah, diri kepada ALLOH saja. la mengakui, bahwa dirinya bukan apa-apa. ALLOH lah yang memiliki dan berkuasa atas segala-galanya di alam semesta.

la letakkan seluruh rasa possessivenya, rasa kepemilikannya terhadap dunia. Dia menata hatinya untuk kembali kepada ALLOH. Berserah diri sepenuh-penuhnya, sebagaimana yang selalu ia ikrarkan dalam setiap shalatnya : “sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku kuserahkan hanya untuk ALLOH semata …”

Kalau sudah demikian adanya, maka sesungguhnya ia telah memperoleh Surga dunia. Dan setelah hari kiamat nanti, ALLOH akan memasukkan orang itu ke dalam Surga yang sesungguhnya. Bukan hanya ‘wilayah Surga’ yang penuh dengan taman-taman indah, mata air mata air yang jernih, buah-buahan yang sedap rasanya, serta berbagai kenikmatan kebendaan. Karena sejak di dunia ia telah terlanjur memperoleh kesimpulan bahwa semua kenikmatan benda itu adalah ’semu belaka’!

‘Kenikmatan Yang Sejati’ telah dia peroleh lewat dzikir-dzikirnya yang panjang kepada ALLOH. Telah dia rasakan saat-saat shalat malam dalam keheningan semesta. Dan telah dia ‘genggam’ dalam seluruh tarikan nafas maupun denyut jantungnya yang selalu membisikkan kalimat-kalimat tauhid : ALLOH … ALLOH … ALLOH …