Sabtu, 24 Oktober 2009

integritas muslim

           •    
dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)", (Al-Araaf : 172)


Jama’ah Jum’at yang dimuliakan Allah swt
Ayat yang saya baca di awal khutbah tadi adalah sebuah ayat persaksian sebuah ayat dalam bahasa sekarang sebagai integritas seorang manusia kepada Allah swt. Bahasa integritas belakangan banyak dimunculkan media saat Presiden memberikan amanahnya kepada para menteri di istana Negara sesaat pelantikan kabinet Indonesia bersatu jilid II. Para menteri diminta mengingat bahawa mereka telah menandatangi pakta integritas yaitu lebih loyal kepada presiden sebagai kepala pemerintahan dibandingkan dengan para pimpinan parpolnya. Sangat wajar kekawatiran Presiden, karena lebiih 50% anggota kabinetnya berasal dari kalangan partai politik. Para menteri diminta loyal kepada presiden karena mereka telah bersepakat membuat suatu persaksian atau perjanjian.
Setiap manusia sesungguhnya juga telah menjadi saksi sesaat Allah swt menempatkan ruh kedalam jasad setiap hambanya. Dan persaksian jauh lebih mulia dibandingkan persaksian para menteri karena yang meminta agar setiap insan itu loyal bukan presiden tetapi Tuhannya presiden.

Jama’ah yang berbahagia
Loyalitas kita kepada Allah sesungguhnya telah ditanamkan oleh Allah swt. Dan kita telah membuat sebuah persaksian. Sebuah persaksian yang tidak hanya ditanda tangani oleh fisik saja tetapi jauh lebih mulia dan lebih lekang sebuah pakta integritas yang tidak dibatas oleh waktu sebagaimana para menteri yang dibatasi selama 5 tahun tetapi berlaku sampai ruh terlepas dengan raga kita saat kematian menghampiri kita. Iutlah sebuah persaksian abadi sebuah persaksian yang akan melahirkan sebuah komitmen yang tertanam dalam hati setiap manusia. Komitmen untuk tidak menyekutukan Allah swt. Sebuah komitmen yang menempatkan Allah swt diatas segalanya. Sebuah komitmen yang menjalankan kewajiban manusia terhadap hak-hak Allah swt.

"Bukankah aku ini Tuhanmu?"

"Betul (Engkau Tuban kami),

Ma’asyirol muslimin rahimakumullah.
Persaksian yang telah kita nyatakan bahwa Allah swt adalah Rabb kami adalah sebuah persaksian seorang hamba terhadap rabbnya. Kita sadar dan menyadari tidak ada ilah selain dari Allah swt. Sebagaimana kita ucapkan dalam syahadat. Komitmen kita dari apa yang telah kita persaksian kepada Allah swt adalah sbeuah komitmen yang terus kita jalani selama kita menjadi khalifah dimuka bumi ini. Jadi tidak ada manusia yang mengatakan dia tidak kenal Tuhannya, tidak ada manusia yang mengatakan bahwa keberadaan dimuka bumi ini adalah hanyalah sebuah kebetulan saja tidak ada yang merencanakan, bohong kalau sampai manusia mengatakan bahawa keberadaanya adalah kehendak dirinya dan nenek moyangnya.
Allah swt menciptakan manusia dan memberi kesempatan pada manusia untuk menjadi khalifah di bumi ini adalah agar manusia menyadari keberadaanya. Bahwa Allah punya misi terhadap setiap manusia dan misi Allah swt. Adalah agar manusia menjadi hamba yang mulia di sisi-Nya. Yaitu dengan menjalankan setiap perintah-Nya dan menjauhi setiap larangan-Nya. Dan beribadah hanya kepada Allah swt.


Jama’ah yang mulia
Sebuah persaksian atau sebuah perjanjian tentu harus kita tepati karena ada konsekkuansi logis apabila kita melanggar perjanjian tersebut mungkin para menteri yang melanggar perjanjian akan dipecat oleh presiden ukurannya adalah hak preogatif presiden dan si menteri menjadi orang biasa lagi dia bisa beraktifitas di bidang lain. Kalau kesalahan itu ukurannya duniawi maka dia hanya bersalah pada kesepakatan yang telah ditanda tangani. Tetapi kalau kita sebagai manusia melanggar perjanian yang kita buat dengan Allah swt. Bagaiman mungkin kita bisa menghindar dari kesalahan itu, sebuah kesalahan yang hanya bisa ditebus dengan taubat, taubatan nasuha.
Misalnya; dengan mempersekutukannya, dengan melalaikan kewajiban seorang hamba, dengan tidak memenuhi hak-hak-Nya.

Kiat diingatkan oleh Allah swt pada surat An nahal ayat 91
                •     
dan tepatilah Perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpahmu itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat.

Jama’ah jumat yang dimuliakan Allah swt.
Hendaklah setiap kita mengintrospeksi diri seraya mengatakan pada dirinya : “wahai jiwaku, sesungguhnya kamu berjanji kepada Rabbmu setiap hari saat kamu membaca dalam tiap bacaan shalatnya.


“hanya kepada engaku kami beribadah dna hanya kepada Engkau kami mohon pertolongan.”