MEMAKMURKAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH
DENGAN PENGEMBANGAN POTENSI PUSTAKAWAN DAN KEGIATAN PROMOSI PERPUSTAKAAN
Yayat
Duryatna(017522411)
Program
studi S1 Perpustakaan.
Abstrak
Perpustakaan
Sekolah yang baik adalah perpustakaan yang dikelola dengan sistem dan mekanisme
yang baik pula. Keberadaan pustakawan dalam perpustakaan sekolah sangat
diperlukan karena seorang pustakawan akan dibekali tentang pengetahuan
bagaimana cara pengelolaan perpustakan sekolah yang baik. Pustakawan
senantiasa tidak ada kata berhenti untuk
belajar dalam upaya meng-upgrade dirinya sehingga perpustakaan sekolah yang
dikelolanya juga akan selalu dikembangkan sesuai dengan kebutuhan pemustaka.
Banyak cara dalam meng-upgrade yaitu baik cara pendidikan formal maupun
pendidikan formal. Hal yang paling dasar yang harus dimiki pustakawan adalah
bagaimana pemustaka merasa aman, nyaman dalam layanan perpustakaan dan
kebutuhan informasi yang dicari dengan cara cepat dan tepat. Pustakawan sekolah
saat ini juga harus berani memerankan sebagai guru pustakawan (teacher
librarian) yang harus mampu menguasi ilmu perpustakaan serta pengetahuan
tentang proses belajar mengajar. Potensi lainya dalam upaya pemakmuran perpustakaan adalah kreatifitas pustakawan
dalam melakukan kegiatan promosi perpustakaan karena kegiatan promosi
perpustakan banyak bentuk dan jenisnya yang kesemuanya akan mengarah pada
pengembangan minat baca dan keterampilan literasi informasi. Promosi
Perpustakaan adalah sebuah kegiatan penyampaian informasi tentang aturan,tata
tertib, koleksi perpustakaan serta kegiatan-kegiatan perustakaan terutama saat
melakukan pendidikan pemakai. Komunikasi menjadi penting dalam kegiatan promosi
karena komunikais yang efektif kan meminimalisir waktu dan tenaga tetapi akan
menghasilkan masyarakat sekolah yang melek informasi dengan rajin menggunakan
perpustakaan.
Kata
kunci Perpustakaan sekolah, pustakawan, teacher librarian, promosi
perpustakaan.
I.
Pendahuluan
Perpustakaan sekolah merupakan
sarana pendukung sistem pendidikan sekolah. Perpustakaan sekolah merupakan
perpustakaan yang tergabung dalam sebuah sekolah, dikelola sepenuhnya oleh
sekolah yang bersangkutan dengan tujuan membantu sekolah dalam mencapai tujuan
khusus sekolah dan tujuan pendidikan pada umumnya.[1]
Dilihat dari tujuan didirikan sebuah
perpustakaan maka setiap satuan pendidikan (sekolah) harus memiliki
perpustakaan sekolah sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Pasal 1 menyebutkan, bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mampu mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Salah satu sarana dalam menunjang
proses belajar dan mengajar di sekolah adalah perpustakaan. Secara eksplisit
diatur dalam peratuan pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang standar Pendidikan
Nasional menyebukan perpustakaan sebagai bagian dari sistem pendidikan,
termasuk perpustakaan sekolah. PP No. 19 tahun 2005 menyebutkan : “setiap
satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang memiliki lahan, ruang kelas,
ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang
perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel,…. yang diperlukan untuk
menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.”
Secara umum tujuan dan fungsi
perpustakaan sekolah sebagaimana yang dikutif dari buku Perpustakaan dan
Pendidikan : pemetaan peran serta perpustakaan dalam proses belajar mengajar
sebagai berikut :
1. Mendukung
pencapaian tujuan pendidikan sebagaimana tercantum dalam kurikulum sekolah.
2. Menjaga
dan mengembangkan lingkungan belajaryang kondusif bagi siswa, dan penggunaan
perpustakaan selama hidupnya.
3. Menyediakan
kesempatan atau pengalaman dalam penggunaan informasi untuk keperluan
peningakatan dn wawasan, imajinasi, dan kesenangan.
4. Membantu
siswa dalam mempelajari dan mempraktekan kemmapauna menggunakan dan
mengevaluasi informasi dalam berbagai bentuk dan jenisnya.
5. Menyediakan
akses terhadap sumber-sumber informasi lokal, regional, nasional, dan global,
serta kesempatan untuk menuangkan pengalaman dan gagasan-gagasannya.
6. Mengorganisasikan
berbagai kegiatan yang berkenaan dengan peningkatan kesadaran dan kepekaan
terhadap masalah sosial dan budaya.
7. Menyediakan
kerjasama dengan sesama siswa, guru, staf administrasi, dan orang tua dalam
mencapai misi dan tujuan sekolah.
8. Mewujudkan
konsep kebebasan informasi dan akses informasi sebagai bagian penting dalam
demokrasi yang harus dipahami oleh setiap warga negara yang bertanggung jawab.
9. Mempromosikan
membaca, sumber-sumber, dan layanan perpustakaan kepada seluruh masyarakat
sekolah dan pihak-pihak berkepentingan lainnya.
Dilihat dari tujuan dan fungsi
perpustakaan sekolah secara garis besar kita dapat menyebutkan bahwa peranan
penting perpustakaan sekolah adalah membangun masyarakat sekolah agar melek
informasi (literasi informasi) karena peranan inilah dapat disebukan bahwa
perpustakaan sekolah merupakan salah satu sumber belajar karena menyimpan dan
mengorganisir informasi-informasi sebagai sumber belajar bagi masyarakat
sekolah.
Damono (2001) mengatakan bahwa
perpustakan sekolah adalah untuk meningkatkan kecerdassan bangsa, mengembangkan
minat baca dan sekaligus berusahan memberantas buta aksara. Suatu bangsa yang
maju, beradab dan cerdas selalu memperhatikan perkembangan perpustakaan karena
dengan perpustakaan dapat mencapai suatu tingkat perkembangan peradaban bangsa
yang mengesankan.[2]
Beratnya beban yang harus dipikul
sebuah perpustakaan sekolah maka diperlukan suatu sistem atau manajemen yang
baik untuk dapat mencapai tujuan dan fungsi perpustakaan sekolah. Perpustakaan
Sekolah harus mampu mengemban amanat tersebut, untuk itu diperlukan dalam sebuah perpustakaan sekolah yaitu ;
sistem pengelolaan yang baik yang memudahkan pemustaka dalam proses menelusri
informasi yang dicari, pengembangan koleksi yang berorientasi pada kebutuhan pemustaka, sumber
daya manusia yang profesional dan mampu menjalankan tujuan dan fungsi
perpustakaan sekolah, dan dukungan dari organisasi sekolah atau pihak manajemen
sekolah yang konsisten.
Sebagai prasyarat memakmurkan
perpustakaan sekolah sebagaimana dijabarkan dalam tujuan dan fungsi
perpustakaan sekolah maka perlu disiapkan dan dikembangkan aset yang dimiliki
sebuah perpustakaan sekolah salah satu asetnya adalah pustakawan.
Pengelolaan sebuah perpustakaan
sekolah yang baik harus didasari dari pemahaman akan ilmu perpustakaan yang
dimiliki seorang pustakawan. Karena itu sangat mustahil sebuah perpustakaan
yang baik diisi atau dikelola oleh orang-orang yang tidak memahami ilmu
perpustakaan atau gambaran yang terjadi saat ini terutama perpustakaan sekolah
yang dikelola pemerintah atau sekolah negeri. Kebanyakan dari mereka adalah
guru-guru yang bermasalah atau yang tidak berkompetensi dalam kegiatan belajar
mengajar.
II. Potensi Pustakawan
Untuk menjalankan perpustakaan
sekolah sesuai dengan tujuan dan fungsinya perlu disiapkan sumber daya manusia profesional.
Sumber Daya Manusia itu adalah Pustakawan, Seorang Pustakawan sekolah
diwajibkan memiliki beberapa kompetensi atau kemampuan dalam mengelola
perpustakaan, selain harus memiliki kemampuan dibidang perpustakaan pustakawan
sekolah juga harus memiliki kemampuan dibidang pendidikan (mengajar). Hal ini
yang membedakan pustakawan sekolah dengan pustakawan-pustakawan di Perpustakaan
umum atau perpustakaan khusus. Seorang pustakawan harus mampu minimal
memberikan ilmu di bidang perpustakaan dengan segala sistem, mekanisme dan
aturannya dengan kemampuan penyampaian yang baik berdasarkan teknik mengajar
yang standar, ilmu itu diberikan kepada seluruh civitas yang terkait yaitu
siswa, guru, pengurus, karyawan non guru, orang tua murid serta alumni dengan
istilah “Library skill”. Kemampuan memberikan “Library skill” didasari karena
kebutuhan akan materi-materi yang terkait dibidang perpustakaan harus diketahui
bersama terutama berkaitan dengan proses penelusuran informasi yang pada
akhirnya akan terbangun suasana komunitas yang melek informasi.
Kompetensi ini diatur dalam Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 25 tahun 2008 tentang
standar tenaga perpustakaan sekolah/madrasah.
1.Kompetensi Manajerial
Seperti ; Melaksanakan kebijakan (melaksanakan
pengembangan perpustakaan, mengorganisasi sumber daya perpustakaan, melaksanakan
fungsi, tugas, dan program perpustakaan, mengevaluasi program dan kinerja
perpustakaan), Melakukan perawatan koleksi (melakukan perawatan preventif, melakukan
perawatan kuratif), Melakukan pengelolaan anggaran dan keuangan (membantu
menyusun anggaran perpustakaan).
2. Kompetensi Pengelolaan Informasi
Seperti ; Mengembangkan koleksi
perpustakaan sekolah/madrasah (memiliki pengetahuan mengenai penerbitan, memiliki
pengetahuan tentang karya sastra Indonesia dan dunia, memiliki pengetahuan
tentang sumber biografi tokoh nasional dan dunia, menggunakan berbagai alat
bantu seleksi untuk pemilihan materi perpustakaan, berkoordinasi dengan tenaga
pendidik bidang studi terkait dalam pemilihan materi perpustakaan, melakukan
pemesanan, penerimaan, dan pencatatan), Melakukan pengorganisasian informasi (membuat
deskripsi bibliografis (pengatalogan) sesuai dengan standar nasional, menentukan
deskripsi subjek dan menggunakan Dewey Decimal Classification (DDC) edisi
ringkas, meng-gunakan daftar tajuk
subjek dalam bahasa Indonesia.
3. Kompetensi Kependidikan
3. Kompetensi Kependidikan
Seperti : Memiliki wawasan
kependidikan (memahami tujuan dan fungsi sekolah/ madrasah dalam konteks
pendidikan nasional, memahami kebijakan pengembangan kurikulum yang berlaku)
4. Kompetensi Kepribadian
4. Kompetensi Kepribadian
Seperti : Memiliki integritas yang
tinggi (disiplin, bersih, dan rapi, jujur dan adil, sopan, santun, sabar, dan
ramah), Memiliki etos kerja yang tinggi (mengikuti prosedur, mengupayakan hasil,
bertindak secara tepat, meningkatkan kinerja, fokus pada tugas, melakukan
evaluasi diri)
5. Kompetensi Sosial
Seperti
: Membangun Hubungan sosial (berinteraksi dengan komunitas sekolah/madrasah, bekerja
sama dengan komunitas sekolah/madrasah), Membangunn Komunikasi (memberikan jasa
untuk komunitas sekolah/madrasah, mengintensifkan komunikasi internal dan eksternal.)
Kompetensi-kompetensi ini harus dimiliki seorang pustakawan sekolah untuk membawa perpustakaan sekolah agar mampu menjalankan tujuan dan fungsinya. Perepustakaan sekolah yang dikelolanya harus mampu berkompetisi dengan perpustakaan sekolah lainnya secara positif serta mengembangkan perpustakaan sekolah dan siap memasuki era digitalisasi. Pustakawan sekolah juga harus selalu meng-upgrade potensi dirinya agar selalu mengikuti perkembangan ilmu perpustakaan dengan cara mengikuti pendidikan baik formal maupun informal seperti melanjutkan pendidikan formal S1, S2, bahkan S3 di universitas-universitas yang membuka program ilmu perpustakaaan baik negeri mauoun swasta. Mengikuti pelatihan-pelatihan perpustakaan, seminar, workshop, dan komunitas-komunitas perpustakaan sekolah. Pustakawan sekolah juga harus memajukan wawasan dirinya, dan mencoba hal-hal kreatif agar siswa terpikat untuk mendatangi dan membaca di perpustakaan sekolah. Bagaimanapun caranya pustakawan sangat tidak dianjurkan untuk mengatakan “tidak tahu” kepada pemustaka dalam hal ini adalah masyarakat sekolah, diantaranya adalah siswa dan guru. Kenyaman dan kepuasan pemustaka sangat tergantung dari pelayanan yang diberikan pustakawan, jangan sampai ada kecenderungan pustakawan sekolah hanya sebagai operator perpustakaan. Memasuki era digital pustakawan sekolah harus dituntut memiliki karakteristik seperti yang diungkapkant José Marie Griffiths and Donald W. King, agar dapat melaksanakan tugas dan perannya, pustakawan di era digital library harus memiliki karakteristik sebagai berikut: have competence and intelligence (kemampuan dan kecakapan), respect the profession (menghormati profesi), desire to grow professi-onally (mengembangkan profesionalitas diri), respect the parent organization (menghormati organisasinya), like people in general (menyukai orang), like to help people (senang membantu), be sensitive to others' needs (senstif terhadap kebutuhan orang), like to work with others/as a team (bisa bekerja dengan orang lain dan dalam tim), like to work on own (bisa bekerja mandiri), enjoy managing/supervising others (senang dalam pengelolaan dan pengawasan), be confident (percaya diri), be cheerful (selalu riang), have diplomacy (kemampuan diplomasi), be emotionally stable (kestabilan emosi), be fairly (bijaksana), be optimistic (optimis), be patient (sabar), be resourceful (banyak akal), be tolerant (toleransi), be willing to take initiative and proactive (inisiatif dan proaktif), have a service orientation (berorientasi pada pelayanan), be willing to promote library and its services (mempromosikan perpustakaan dan layanannya), be enthusiasm (semangat yang tinggi), have ability to communicate clearly and effectively (komunikasi yang baik), have public relations ability (memiliki kemampuan humas), be friendliness (ramah), be patience (sabar), be maturity (kematangan), have humour (humoris).
Kompetensi-kompetensi ini harus dimiliki seorang pustakawan sekolah untuk membawa perpustakaan sekolah agar mampu menjalankan tujuan dan fungsinya. Perepustakaan sekolah yang dikelolanya harus mampu berkompetisi dengan perpustakaan sekolah lainnya secara positif serta mengembangkan perpustakaan sekolah dan siap memasuki era digitalisasi. Pustakawan sekolah juga harus selalu meng-upgrade potensi dirinya agar selalu mengikuti perkembangan ilmu perpustakaan dengan cara mengikuti pendidikan baik formal maupun informal seperti melanjutkan pendidikan formal S1, S2, bahkan S3 di universitas-universitas yang membuka program ilmu perpustakaaan baik negeri mauoun swasta. Mengikuti pelatihan-pelatihan perpustakaan, seminar, workshop, dan komunitas-komunitas perpustakaan sekolah. Pustakawan sekolah juga harus memajukan wawasan dirinya, dan mencoba hal-hal kreatif agar siswa terpikat untuk mendatangi dan membaca di perpustakaan sekolah. Bagaimanapun caranya pustakawan sangat tidak dianjurkan untuk mengatakan “tidak tahu” kepada pemustaka dalam hal ini adalah masyarakat sekolah, diantaranya adalah siswa dan guru. Kenyaman dan kepuasan pemustaka sangat tergantung dari pelayanan yang diberikan pustakawan, jangan sampai ada kecenderungan pustakawan sekolah hanya sebagai operator perpustakaan. Memasuki era digital pustakawan sekolah harus dituntut memiliki karakteristik seperti yang diungkapkant José Marie Griffiths and Donald W. King, agar dapat melaksanakan tugas dan perannya, pustakawan di era digital library harus memiliki karakteristik sebagai berikut: have competence and intelligence (kemampuan dan kecakapan), respect the profession (menghormati profesi), desire to grow professi-onally (mengembangkan profesionalitas diri), respect the parent organization (menghormati organisasinya), like people in general (menyukai orang), like to help people (senang membantu), be sensitive to others' needs (senstif terhadap kebutuhan orang), like to work with others/as a team (bisa bekerja dengan orang lain dan dalam tim), like to work on own (bisa bekerja mandiri), enjoy managing/supervising others (senang dalam pengelolaan dan pengawasan), be confident (percaya diri), be cheerful (selalu riang), have diplomacy (kemampuan diplomasi), be emotionally stable (kestabilan emosi), be fairly (bijaksana), be optimistic (optimis), be patient (sabar), be resourceful (banyak akal), be tolerant (toleransi), be willing to take initiative and proactive (inisiatif dan proaktif), have a service orientation (berorientasi pada pelayanan), be willing to promote library and its services (mempromosikan perpustakaan dan layanannya), be enthusiasm (semangat yang tinggi), have ability to communicate clearly and effectively (komunikasi yang baik), have public relations ability (memiliki kemampuan humas), be friendliness (ramah), be patience (sabar), be maturity (kematangan), have humour (humoris).
Salah satu tujuan dan fungsi
perpustakaan sekolah adalah menyediakan kerjasama dengan sesama siswa, guru,
staf administrasi, dan orang tua dalam mencapai misi dan tujuan sekolah, atau
istilah lainnya adalah kolaborasi antara pustakawan dan guru dalam upaya
memakmurkan perpustakaan serta mampu menjalankan visi dan misi pendidikan.
Dalam sebuah artikel yang berjudul Pustakawan sekolah dan guru berkolaborasi,
mungkinkah? yang ditulis oleh Fatkhurrokhman,
SIP, dikatakan bahwa “Kolaborasi pustakawan dengan guru belumlah menjadi tren
dalam dunia pendidikan sekolah. Padahal kolaborasi ini bisa menciptakan nuansa
kebersamaan antara pustakawan sekolah dengan guru, dengan pustakawan berperan
menjadi mitra yang mendukung program pendidikan sekolah. Kolaborasi pustakawan
sekolah dengan guru merupakan program kolaborasi dengan media perpustakaan.
Pada institusi sekolah umumnya, pustakawan sekolah dan guru biasanya berjalan
sendiri-sendiri. Para guru biasanya sibuk dengan kegiatan mengajar saja, tanpa
memperhatikan peran seorang pustakawan yang sebenarnya bisa menjadi mitra atau
partner untuk berkolaborasi. Sedangkan pustakawan masih merasa minder dengan
posisinya karena belum bisa melepaskan diri dari stereotip masyarakat tentangnya.
Untuk itu perlu segera dihilangkan batasan yang membatasi kesempatan kolaborasi
pustakawan sekolah dengan guru. Sehingga pustakawan serta guru bisa segera
menjadi mitra kolaborasi yang saling menghargai karena nilai pribadi
masing-masing” Masalah kolaborasi masih
menjadi kendala karena seperti dikatakan Fatkhurrokhman, SIP dalam artikel yang
sama “pada kebanyakan sekolah seringkali ditemukan keluhan tentang kompleksitas
kolaborasi. Beberapa yang ditemukan biasanya menyangkut tentang usaha untuk meyakinkan
para guru agar melakukan kolaborasi dengan pustakawan. Dan hasilnya adalah
kesulitan, bahkan banyak juga ditemukan bahwa para guru masih belum melihat
pustakawan sebagai mitra kolaborasi. Beberapa guru biasanya ada yang tidak
memiliki gagasan atau gambaran tentang apa yang dilakukan pustakawan dan apa
yang bisa dilakukan pustakawan untuk membantu para guru dan siswa. Mungkin
inilah yang disebut oleh Ruth Small (2002) sebagai "the lack of a common collaborative mentality" sebuah
abrasi mental yang mengurangi inisiatif individu untuk berkolaborasi secara
umum demi kemajuan pendidikan. Mungkin para guru melihat pustakawan bukanlah
mitra yang tepat dalam membantu pengajarannya karena latar belakang yang
berbeda. Untuk hal ini Haycock (1999) menyatakan bahwa keterlibatan nyata
pustakawan dalam kolaborasi dengan para guru tidak memenuhi peran teoritis dan
peran yang harus ditampilkan. Padahal jika melihat hakikat pustakawan yang
bergelut dengan informasi, peran praktis dan mungkin juga teoritis dari kegiatan
pendidikan pustakawan sangat bisa membantu kemajuan pengajaran” Pentingnya kolaborasi karena menyatukan peranan
dan fungsi pustakawan sebagai penyedia sumber belajar dan informasi dan guru
sebagai pengajar dalam kegiatan belajar mengajar. Karena perpaduan peranan dan
fungsi tersebut maka muncul istilah Guru Pustakawan (teacher librarian).
Guru Pustakawan
(Teacher Librarian) adalah seorang yang memiliki kemampuan dalam ilmu
pendidikan dan perpustakaan yang berperan aktif dalam proses belajar mengajar.
Konsep Guru Pustakawan adalah bekerjasama langsung dengan guru kelas, berbagi
tanggung jawab dalam pengembangan kurikulum dan implementasinya, bertanggung
jawab dalam pemilihan koleksi dan melakukan bimbingan kepada anak didik. Guru
Pustakawan berperan besar dalam memberdayakan/memakmurkan perpustakaan melalui
program-program perpustakaan yang dibangunnya. Kesuksesan Guru Pustakawan dalam
merealisasikan program perpustakaan adalah kemampuan mempersingkat dirinya
sendiri dan perpustakaan ke dalam hal-hal yang esensial (Pals, Linda seorang
teacher librarian), maksudnya adalah seorang Guru Pustakawan harus mampu
menyeimbangkan peran dirinya sendiridengan peran perpustakaan sebagai sebuah
institusi yang digelutinya. Disamping itu juga perlu memiliki kompetensi, pengetahuan,
keterampilan khusus agar bisa berkembang efektif.[3] Dalam sebuah karya ilmiah
yang berjudul Mengusung Kembali Peran
Teacher Librarian Dan Pemberdayaan Perpustakaan Madrasah ditulis oleh Sri
Rohati Zulaikha, dikatakan Tugas guru pustakawan adalah :
1.
Berpartisipasi aktif dalam proses
pembelajaran di madrasah yang diarahkan pada penggunaan dan pengembangan
sumber-sumber informasi.
2.
Berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran di sekolah yang diarahkan kepada
apresiasi kultural dan estetik.
3.
Mengelola dan memberikan pelayanan
sumber-sumber informasi.
Potensi pustakawan sekolah yang di
arahkan sebagai seorang guru pustakawan (teacher-librarian) didasari dengan
kemampuan membimbing siswa menggunakan sumber-sumber infromasi secara cepat dan
tepat untuk itu harus dilatarbelakangi pengetahuan tentang sumber-sumber
informasi yang dimiliki, seperti koleksi perpustakaan baik cetak maupun rekam,
koleksi perpustakaan lain baik perpustakaan yang sejaring dalam jaringan
perpustakaan sekolah maupun perpustakaan-perpustakaan lain yang bisa diakses
melalui internet, kemampuan penelusuran informasi melalui internet,
inventarisasi e-book baik lokal maupun global, bahan-bahan periodical serta
jurnal-jurnal ilmiah lokal maupun global dan sumber-sumber informasi lainnya.
III.
Kegiatan
Promosi Perpustakaan
Selain potensi pustakawan yang
harus dikembangkan upaya memakmurkan perpustakaan adalah pengembangan kegiatan
yang diarahkan pada memberikan layanan yang konfrehensif kepada pemustaka.
Layanan pada pemustaka berupa kemudahan proses penelusuran informasi,
kenyamanan dan keamanan ruang perpustakaan, serta layanan informasi tampa
batas. Kecakapan seorang pustakawan seperti yang disebutkan sebelumnya menjadi
modal untuk melakukan beberapa kegiatan agar transformasi informasi yang ada di
perpustakaan sampai pada pemustaka. Seperti penggunaan komunikasi yang efektif,
gesture pustakawan, dan pengetahuan pustakawan akan sumber-sumber informasi.
Dalam pendidikan pemakai Pustakawan harus secara optimal menyampaikan informasi
yang dimiliki perpustakaandan penggunaannya serta aturan-aturan yang ada di
perpustakaan agar perpustakaan bisa berjalan secara optimal. Pendidikan pemakai
, seperti yang dikemukakan oleh
Rice2. Pemilihan model bimbingan pemakai yang akan dipakai tergantung pada
jumlah peserta, kapasitas ruang atau kelas tempat penyelenggaraan kegiatan
bimbingan pemakai dan tujuan dari kegiatan bimbingan pemakai tersebut. Beberapa
tahapan/level/model bimbingan pemakai tersebut adalah Orientasi Perpustakaan,
Instruksi Perpustakaan, Instruksi Bibliografi.
Pada tahapan berikutnya semua kegiatan yang
berporos pada pemakmuran perpustakaan adalah merupakan alat promosi
perpustakaan yang berorientasi pada pengembangan minat baca, penggunaan
perpustakaan sesuai dengan tujuan dan fungsi perpustakaan, serta penggunaan
perpustakaan sebagai sumber belajar (resource learning).
Tujuan
promosi perpustakaan adalah untuk :
1.
Memperkenalkan fungsi
perpustakaan kepada masyarakat pemustaka.
2.
Menginformasikan kepada
pemustaka layanan dan program kegiatan yang ada di perpustakaan.
3.
Membangkitkan minat dan
keinginan pemustaka terhadap perpustakaan dan layanannya.
4.
Memelihara kesadaran
pemustaka terhadap layanan perpustakaan.
Melalui kegiatan
promosi, diharapkan masyarakat sekolah mengetahui pelayanan yang diberikan oleh
perpustakaan sekolah sehingga membuat mereka tertarik dan berkunjung. Melalui
kegiatan promosi juga diharapkan masyarakat sekolah menyadari akan pentingnya
pemanfaatan perpustakaan sekolah dalam mengembangkan kemampuan dan pengetahuan
akademiknya. Pustakawan harus proaktif dalam memasarkan layanan dan kegiatan
perpustakaan kepada masyarakat sekolah banyak bentuk kegiatan promosi yang
orientasi akhirnya adalah mengembang minat baca dan keterampilan literasi.
Kegiatan-kegiatan yang dikembangkan semua mengarah pada pemanfaatan
perpustakaan secara maksimal sesuai dengan tujuan dan fungsinya.
Rizki Eliani dalam sebuah artikel “Promosi Perpustakan Sekolah”
menuliskan beberapa macam bentuk yang dapat dilakukan
sebagai sarana promosi perpustakaan sekolah, antara lain adalah
sebagai berikut :
1. Brosur adalah
salah satu bentuk promosi yang berupa kertas cetakan/lembaran yang isinya
mencakup petunjuk umum tentang perpustakaan; informasi tentang koleksi, daftar
bacaan yang menarik, petunjuk tentang subyek tempat; informasi
tentang jenis perpustakaan.
2. Poster merupakan
salah satu media promosi yang biasanya menggunakan kertas ukuran besar (A3 atau
A2) isinya selain tulisan juga ada gambar. Poster ini dibuat dengan tujuan
untuk menarik perhatian atau mencuri perhatian sekilas dari orang yang lewat
diseputar pemasangan poster. Poster yang dibuat dengan mencantumkan nama jasa,
alamat, telepon, jam buka, jasa apa yang ada serta ditujukan untuk siapa saja.
3. News Letter merupakan
salah satu media yang digunakan untuk memberikan informasi khusus kepada
sejumlah orang secara teratur. Isinya tentang berita atau artikel-artikel
singkat. Dalam news letter secara tetap harus memuat : editorial, informasi
singkat dan rinci tentang layanan, kegiatan, koleksi terbaru, fasilitas dan
peraturan perpustakaan memberi juga ilustrasi atau gambar yang menarik atau
kuis-kuis.
4. Pembatas Buku = bookmark merupakan
salah satu promosi yang digunakan dan untuk sarana memberi tanda pembatas pada
halaman-halaman buku, tujuannya untuk memberi batasan pada halaman yang sudah
dibaca dan nanti akan dibaca kembali, agar menarik dapat diberi logo atau
gambar-gambar yang menarik.
5. Terbitan Khusus Perpustakaan merupakan
promosi yang berbentuk sebuah terbitan yang dilakukan oleh perpustakaan
sendiri, seperti buku panduan penggunaan perpustakaan = booklet, kalender
perpustakaan (isi-nya kegiatan yang dilakukan oleh perpustakaan).
6. Pameran Perpustakaan,
merupakan kegiatan promosi perpustakaan dengan maksud menarik perhatian banyak
orang (massa) termasuk promosi yang paling jitu untuk menjaring orang. Selain
menarik lebih banyak orang juga efektif untuk memperkenalkan layanan yang
dibrikan oleh perpustakaan.
7. Pameran buku merupakan
sarana penyampaian informasi kepada jumlah besar. Pameran hendaknya bersifat
visual (disertakan foto jasa perpustakaan) dan pustakawan dapat memberikan jasa
ditempat (nasihat informasi). Juga ada pameran koleksi buku atau koleksi yang
bertepatan dengan perayaan (hari kemerdekaan misalnya) maupun tema tertentu.
8. Ceramah merupakan
kegiatan dimana satu atau dua orang berbicara dalam forum tertentu sedangkan
yang lain (audience) mendengarkan. Isi pembicaraan berkisar tentang kondisi dan
layanan perpustakaan serta kepustakawanan atau how to use the library.
Ceramah bisa dilakukan sebagai salah satu saranauser education.
9. Seminar merupakan
kegiatan yang dilakukan seperti ceramah hanya diperlukan persiapan yang lebih
lama serta lebih luas cakupannya. Dengan mengundang berbagai tokoh figure
public, seperti pengarang atau penulis.
10. Facebook, menjadi sarana pemberitaan informasi mengenai
berita-berita terbaru di perpustakaan sekolah yang dapat dilakukan melalui
internet, selain itu Facebook juga dapat berkomunikasi dengan berbagai orang di
penjuru dunia, bahkan dengan teman lama dll.
11. Mading, merupakan media promosi yang memberikan informasi kepada
para siswa dengan memajang daftar bahan pustaka baru maupun dalam
bentuk resensi buku.
12. Gantungan
kunci, merupakan media promosi
yang memberikan cendera mata (kenang-kenangan) untuk para siswa.
Memang media ini sangat kurang sering digunakan untuk promosi perpustakaan pada
umumnya.
13. Radio
sekolah, merupakan sarana promosi yang
sangat komunikatif dimana para siswa dapat memberikan kritik dan saran untuk
perpustakaan sekolah secara langsung melalui kartu request yang dapat diambil
di perpustakaan maupun dengan telefon.
14. Map
khusus perpustakaan, dibuat untuk memberikan ciri
khusus akan perpustakaan.
15. Mengadakan
kegiatan yang dapat diikuti oleh masyarakat sekolah, seperti lomba, bercerita/dongeng, penelusuran informasi,
menulis artikel, abstrak, membuat resensi buku, melukis, mengarang tentang
subjek-subjek tertentu yang sedang hangat (in) di sekolah, wisata
perpustakaan, bazar, pemutaran film, dll.
Pada pokoknya
semua alat/bentuk/cara melakukan promosi adalah tergantung dari penyampaian
pesan kita kepada pemustaka, karena sesungguhnya semua promosi menggunakan
media yaitu komunikasi. Kegiatan komunikasi tidak hanya informatif, yakni orang
lain mengerti dan tahu, tetapi juga persuasif, yakni agar orang lain bersedia
menerima suatu paham atau keyakinan, melakukan suatu perbuatan atau kegiatan.
Seorang pustakawan
harus menjadi komunikator yang baik karena setiap pesan yang disampaikan mampu
dikelola dengan baik sehingga dapat dipahami dan dijalankan pemustaka. Pada
kegiatan pendidikan pemakai pustakawan harus mampu menyampaikan pesan berupa
informasi yang harus diketahui pemustaka dan pemustaka paham terhadap informasi
yang disampaikan, pemustaka juga mampu menjalankan informasi yang disampaikan.
Dalam pendidikan pemakai informasi yang disampaikan berupa, aturan dan tata
tertib perpustakaan, jenis layanan perpustakaan, koleksi perpustakaan, dan
proses penelusuran koleksi lewat OPAC (online Public Acces Catalog).
Penyampaian informasi selayaknya tidak menggurui, atau terkesan statis dan kaku, tetapi pustakawan harus kreatif mengemas
komunikasi menjadi lebih cair sehingga tercipta komunikasi dua arah.
Keterampilan komunikasi menjadi dasar pokok pustakawan dalam melakukan promosi
perpustakaan, karena dengan komunikasi yang efektif akan meminimalisir waktu
dan tenaga.
Dalam hal promosi
kegiatan, seperti misalnya kegiatan pengembangan minat baca berupa lomba-lomba
yang mengarah pada pembiasaan berkunjung ke perpustakaan. Seperti lomba
mewarnai, pembacaan deklamasi, pembuatan poster, pembuatan cipta buku menarik,
dll. Selain itu kegiatan literasi informasi bisa menjadi alat promosi seperti
resensi buku baru, display buku baru, browsing internet, dll.
IV.
Penutup
Pada dasarnya
memakmurkan perpustakaan membutuhkan kerjasama yang baik antara pustakawan dan
pemustaka. Pustakawan sebagai pengelola perpustakaan harus mempunyai kompetensi
dibidang perpustakaan (library skill) serta pengetahuan tentang proses kegiatan
belajar mengajar. Pengetahuan perpustakaan terkait dengan segala hal yang ada
diperpustakaan seperti pengetahuan koleksi, pengetahuan literasi, pengetahuan
kegiatan layanan dan pengetahuan kegiatan promosi perpustakaan. Pemakmuran
perpustakaan berdampak pada pembentukan masyarakat sekolah yang melek
informasi.
Potensi pustakawan
senantiasa dikembangkan untuk mengiringi kebutuhan pemustaka yang selalu
berkembang. Seorang pustakawan harus berani mengambil sikap sebagai teacher
librarian karena fungsi dan tugas teacher librarian lebih pada bagaimana
penguasaan terhadap materi ajar yang disinergikan kepada pengetahuan koleksi
yang dimiliki perpustakan serta pengetahuan tentang jejaring informasi sehingga
tidak ada kata “tidak tahu” bagi
seorang pustakawan atau guru pustakawan.
Potensi pustakawan
yang dikembangakan dalam pemakmuran perpustakaan salah satunya adalah melakukan
kegiatan promosi perustakaan. Promosi perpustakaan adalah alat efektif dalam penyampaian
informasi berupa koleksi dan kegiatan serta pengembangan minat baca dan
literasi informasi.
Daftar
Pustaka
Basuki, Sulistyo.
Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta : Gramedia, 1993. 50
Damono. Manajemen dan
Tata Kerja Perpustakaan Sekolah. Jakarta : Grasindo, 2001. 2
Effendi, Onong Uchjana.
Komunikasi Teori Dan Praktek. Bandung. Remaja Rosdakarya, 2013. 9
Bafadal, Ibrahim. 1992.
Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. Jakarta : Bumi Aksara.ing
Reid, Derick. 1998. The
School Library and Shift Paradigma. USA : Memorial University Of New Founland.
Haycock, K. 1996. “What
Work : Collaborative Program Planning And Teaching.” Journal teacher librarian.
September-Oktober 27 (1)
Basuki, Sulistyo. 2007.
: Kolaborasi Guru dan Pustakawan dalam Proses Belajar Mengajar.
[1]
Basuki, Sulistyo. Pengantar Ilmu
Perpustakaan, (Jakarta : Gramedia, 1993) hal. 50
[2]
Damono. Manajemen dan Tata Kerja
Perpustakaan Sekolah. (Jakarta : Grasindo, 2001) hal. 2
[3]
Abrizah Abdulah dan Diljit Singh, Fakultas ilmu Komputer dan Teknologi Informasi
Universitas Malaya, Malaysia.
[4]
Rahayu, Linda..[et.al]. Layanan perpustakaan : buku materi pokok (Jakarta :
Universitas Terbuka, 2014) h. 6.5