Sabtu, 05 Desember 2015

MEMAKMURKAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH DENGAN PENGEMBANGAN POTENSI PUSTAKAWAN DAN KEGIATAN PROMOSI PERPUSTAKAAN
Yayat Duryatna(017522411)
Program studi S1 Perpustakaan.


Abstrak
Perpustakaan Sekolah yang baik adalah perpustakaan yang dikelola dengan sistem dan mekanisme yang baik pula. Keberadaan pustakawan dalam perpustakaan sekolah sangat diperlukan karena seorang pustakawan akan dibekali tentang pengetahuan bagaimana cara pengelolaan perpustakan sekolah yang baik. Pustakawan senantiasa  tidak ada kata berhenti untuk belajar dalam upaya meng-upgrade dirinya sehingga perpustakaan sekolah yang dikelolanya juga akan selalu dikembangkan sesuai dengan kebutuhan pemustaka. Banyak cara dalam meng-upgrade yaitu baik cara pendidikan formal maupun pendidikan formal. Hal yang paling dasar yang harus dimiki pustakawan adalah bagaimana pemustaka merasa aman, nyaman dalam layanan perpustakaan dan kebutuhan informasi yang dicari dengan cara cepat dan tepat. Pustakawan sekolah saat ini juga harus berani memerankan sebagai guru pustakawan (teacher librarian) yang harus mampu menguasi ilmu perpustakaan serta pengetahuan tentang proses belajar mengajar. Potensi lainya dalam upaya pemakmuran  perpustakaan adalah kreatifitas pustakawan dalam melakukan kegiatan promosi perpustakaan karena kegiatan promosi perpustakan banyak bentuk dan jenisnya yang kesemuanya akan mengarah pada pengembangan minat baca dan keterampilan literasi informasi. Promosi Perpustakaan adalah sebuah kegiatan penyampaian informasi tentang aturan,tata tertib, koleksi perpustakaan serta kegiatan-kegiatan perustakaan terutama saat melakukan pendidikan pemakai. Komunikasi menjadi penting dalam kegiatan promosi karena komunikais yang efektif kan meminimalisir waktu dan tenaga tetapi akan menghasilkan masyarakat sekolah yang melek informasi dengan rajin menggunakan perpustakaan.

Kata kunci Perpustakaan sekolah, pustakawan, teacher librarian, promosi perpustakaan.

I.     Pendahuluan
Perpustakaan sekolah merupakan sarana pendukung sistem pendidikan sekolah. Perpustakaan sekolah merupakan perpustakaan yang tergabung dalam sebuah sekolah, dikelola sepenuhnya oleh sekolah yang bersangkutan dengan tujuan membantu sekolah dalam mencapai tujuan khusus sekolah dan tujuan pendidikan pada umumnya.[1]  Dilihat dari tujuan didirikan sebuah perpustakaan maka setiap satuan pendidikan (sekolah) harus memiliki perpustakaan sekolah sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Pasal 1 menyebutkan, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mampu mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Salah satu sarana dalam menunjang proses belajar dan mengajar di sekolah adalah perpustakaan. Secara eksplisit diatur dalam peratuan pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang standar Pendidikan Nasional menyebukan perpustakaan sebagai bagian dari sistem pendidikan, termasuk perpustakaan sekolah. PP No. 19 tahun 2005 menyebutkan : “setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang memiliki lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel,…. yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.”
Secara umum tujuan dan fungsi perpustakaan sekolah sebagaimana yang dikutif dari buku Perpustakaan dan Pendidikan : pemetaan peran serta perpustakaan dalam proses belajar mengajar sebagai berikut :
1.    Mendukung pencapaian tujuan pendidikan sebagaimana tercantum dalam kurikulum sekolah.
2.    Menjaga dan mengembangkan lingkungan belajaryang kondusif bagi siswa, dan penggunaan perpustakaan selama hidupnya.
3.    Menyediakan kesempatan atau pengalaman dalam penggunaan informasi untuk keperluan peningakatan dn wawasan, imajinasi, dan kesenangan.
4.    Membantu siswa dalam mempelajari dan mempraktekan kemmapauna menggunakan dan mengevaluasi informasi dalam berbagai bentuk dan jenisnya.
5.    Menyediakan akses terhadap sumber-sumber informasi lokal, regional, nasional, dan global, serta kesempatan untuk menuangkan pengalaman dan gagasan-gagasannya.
6.    Mengorganisasikan berbagai kegiatan yang berkenaan dengan peningkatan kesadaran dan kepekaan terhadap masalah sosial dan budaya.
7.    Menyediakan kerjasama dengan sesama siswa, guru, staf administrasi, dan orang tua dalam mencapai misi dan tujuan sekolah.
8.    Mewujudkan konsep kebebasan informasi dan akses informasi sebagai bagian penting dalam demokrasi yang harus dipahami oleh setiap warga negara yang bertanggung jawab.
9.    Mempromosikan membaca, sumber-sumber, dan layanan perpustakaan kepada seluruh masyarakat sekolah dan pihak-pihak berkepentingan lainnya.
Dilihat dari tujuan dan fungsi perpustakaan sekolah secara garis besar kita dapat menyebutkan bahwa peranan penting perpustakaan sekolah adalah membangun masyarakat sekolah agar melek informasi (literasi informasi) karena peranan inilah dapat disebukan bahwa perpustakaan sekolah merupakan salah satu sumber belajar karena menyimpan dan mengorganisir informasi-informasi sebagai sumber belajar bagi masyarakat sekolah.
Damono (2001) mengatakan bahwa perpustakan sekolah adalah untuk meningkatkan kecerdassan bangsa, mengembangkan minat baca dan sekaligus berusahan memberantas buta aksara. Suatu bangsa yang maju, beradab dan cerdas selalu memperhatikan perkembangan perpustakaan karena dengan perpustakaan dapat mencapai suatu tingkat perkembangan peradaban bangsa yang mengesankan.[2]
Beratnya beban yang harus dipikul sebuah perpustakaan sekolah maka diperlukan suatu sistem atau manajemen yang baik untuk dapat mencapai tujuan dan fungsi perpustakaan sekolah. Perpustakaan Sekolah harus mampu mengemban amanat tersebut, untuk itu diperlukan  dalam sebuah perpustakaan sekolah yaitu ; sistem pengelolaan yang baik yang memudahkan pemustaka dalam proses menelusri informasi yang dicari, pengembangan koleksi yang  berorientasi pada kebutuhan pemustaka, sumber daya manusia yang profesional dan mampu menjalankan tujuan dan fungsi perpustakaan sekolah, dan dukungan dari organisasi sekolah atau pihak manajemen sekolah yang konsisten.
Sebagai prasyarat memakmurkan perpustakaan sekolah sebagaimana dijabarkan dalam tujuan dan fungsi perpustakaan sekolah maka perlu disiapkan dan dikembangkan aset yang dimiliki sebuah perpustakaan sekolah salah satu asetnya adalah pustakawan.
Pengelolaan sebuah perpustakaan sekolah yang baik harus didasari dari pemahaman akan ilmu perpustakaan yang dimiliki seorang pustakawan. Karena itu sangat mustahil sebuah perpustakaan yang baik diisi atau dikelola oleh orang-orang yang tidak memahami ilmu perpustakaan atau gambaran yang terjadi saat ini terutama perpustakaan sekolah yang dikelola pemerintah atau sekolah negeri. Kebanyakan dari mereka adalah guru-guru yang bermasalah atau yang tidak berkompetensi dalam kegiatan belajar mengajar.

II.  Potensi Pustakawan
Untuk menjalankan perpustakaan sekolah sesuai dengan tujuan dan fungsinya perlu disiapkan sumber daya manusia profesional. Sumber Daya Manusia itu adalah Pustakawan, Seorang Pustakawan sekolah diwajibkan memiliki beberapa kompetensi atau kemampuan dalam mengelola perpustakaan, selain harus memiliki kemampuan dibidang perpustakaan pustakawan sekolah juga harus memiliki kemampuan dibidang pendidikan (mengajar). Hal ini yang membedakan pustakawan sekolah dengan pustakawan-pustakawan di Perpustakaan umum atau perpustakaan khusus. Seorang pustakawan harus mampu minimal memberikan ilmu di bidang perpustakaan dengan segala sistem, mekanisme dan aturannya dengan kemampuan penyampaian yang baik berdasarkan teknik mengajar yang standar, ilmu itu diberikan kepada seluruh civitas yang terkait yaitu siswa, guru, pengurus, karyawan non guru, orang tua murid serta alumni dengan istilah “Library skill”. Kemampuan memberikan “Library skill” didasari karena kebutuhan akan materi-materi yang terkait dibidang perpustakaan harus diketahui bersama terutama berkaitan dengan proses penelusuran informasi yang pada akhirnya akan terbangun suasana komunitas yang melek informasi.
Kompetensi ini diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 25 tahun 2008 tentang standar tenaga perpustakaan sekolah/madrasah.
1.Kompetensi Manajerial
Seperti ; Melaksanakan kebijakan (melaksanakan pengembangan perpustakaan, mengorganisasi sumber daya perpustakaan, melaksanakan fungsi, tugas, dan program perpustakaan, mengevaluasi program dan kinerja perpustakaan), Melakukan perawatan koleksi (melakukan perawatan preventif, melakukan perawatan kuratif), Melakukan pengelolaan anggaran dan keuangan (membantu menyusun anggaran perpustakaan).
2. Kompetensi Pengelolaan Informasi
Seperti ; Mengembangkan koleksi perpustakaan sekolah/madrasah (memiliki pengetahuan mengenai penerbitan, memiliki pengetahuan tentang karya sastra Indonesia dan dunia, memiliki pengetahuan tentang sumber biografi tokoh nasional dan dunia, menggunakan berbagai alat bantu seleksi untuk pemilihan materi perpustakaan, berkoordinasi dengan tenaga pendidik bidang studi terkait dalam pemilihan materi perpustakaan, melakukan pemesanan, penerimaan, dan pencatatan), Melakukan pengorganisasian informasi (membuat deskripsi bibliografis (pengatalogan) sesuai dengan standar nasional, menentukan deskripsi subjek dan menggunakan Dewey Decimal Classification (DDC) edisi ringkas,  meng-gunakan daftar tajuk subjek dalam bahasa Indonesia.
3. Kompetensi Kependidikan
Seperti : Memiliki wawasan kependidikan (memahami tujuan dan fungsi sekolah/ madrasah dalam konteks pendidikan nasional, memahami kebijakan pengembangan kurikulum yang berlaku)
4. Kompetensi Kepribadian
Seperti : Memiliki integritas yang tinggi (disiplin, bersih, dan rapi, jujur dan adil, sopan, santun, sabar, dan ramah), Memiliki etos kerja yang tinggi (mengikuti prosedur, mengupayakan hasil, bertindak secara tepat, meningkatkan kinerja, fokus pada tugas, melakukan evaluasi diri)
5. Kompetensi Sosial
Seperti : Membangun Hubungan sosial (berinteraksi dengan komunitas sekolah/madrasah, bekerja sama dengan komunitas sekolah/madrasah), Membangunn Komunikasi (memberikan jasa untuk komunitas sekolah/madrasah, mengintensifkan komunikasi internal dan eksternal.)
Kompetensi-kompetensi ini harus dimiliki seorang pustakawan sekolah untuk membawa perpustakaan sekolah agar mampu menjalankan tujuan dan fungsinya. Perepustakaan sekolah yang dikelolanya harus mampu berkompetisi dengan perpustakaan sekolah lainnya secara positif serta mengembangkan perpustakaan sekolah dan siap memasuki era digitalisasi. Pustakawan sekolah juga harus selalu meng-upgrade potensi dirinya agar selalu mengikuti perkembangan ilmu perpustakaan dengan cara mengikuti pendidikan baik formal maupun informal seperti melanjutkan pendidikan formal S1, S2, bahkan S3 di universitas-universitas yang membuka program ilmu perpustakaaan baik negeri mauoun swasta. Mengikuti pelatihan-pelatihan perpustakaan, seminar, workshop, dan komunitas-komunitas perpustakaan sekolah. Pustakawan sekolah juga harus memajukan wawasan dirinya, dan mencoba hal-hal kreatif agar siswa terpikat untuk mendatangi dan membaca di perpustakaan sekolah. Bagaimanapun caranya pustakawan sangat tidak dianjurkan untuk mengatakan “tidak tahu” kepada pemustaka dalam hal ini adalah masyarakat sekolah, diantaranya adalah siswa dan guru. Kenyaman dan kepuasan pemustaka sangat tergantung dari pelayanan yang diberikan pustakawan, jangan sampai ada kecenderungan pustakawan sekolah hanya sebagai operator perpustakaan. Memasuki era digital pustakawan sekolah harus dituntut memiliki karakteristik seperti yang diungkapkant
José Marie Griffiths and Donald W. King, agar dapat melaksanakan tugas dan perannya, pustakawan di era digital library harus memiliki karakteristik sebagai berikut: have competence and intelligence (kemampuan dan kecakapan), respect the profession (menghormati profesi), desire to grow professi-onally (mengembangkan profesionalitas diri),  respect the parent organization (menghormati organisasinya), like people in general (menyukai orang), like to help people (senang membantu), be sensitive to others' needs (senstif terhadap kebutuhan orang), like to work with others/as a team (bisa bekerja dengan orang lain dan dalam tim), like to work on own (bisa bekerja mandiri), enjoy managing/supervising others (senang dalam pengelolaan dan pengawasan), be confident (percaya diri), be cheerful (selalu riang), have diplomacy (kemampuan diplomasi), be emotionally stable (kestabilan emosi), be fairly (bijaksana), be optimistic (optimis), be patient (sabar), be resourceful (banyak akal), be tolerant (toleransi), be willing to take initiative and proactive (inisiatif dan proaktif), have a service orientation (berorientasi pada pelayanan), be willing to promote library and its services (mempromosikan perpustakaan dan layanannya), be enthusiasm (semangat yang tinggi), have ability to communicate clearly and effectively (komunikasi yang baik), have public relations ability (memiliki kemampuan humas), be friendliness (ramah), be patience (sabar), be matu­rity (kematangan), have humour (humoris).
Salah satu tujuan dan fungsi perpustakaan sekolah adalah menyediakan kerjasama dengan sesama siswa, guru, staf administrasi, dan orang tua dalam mencapai misi dan tujuan sekolah, atau istilah lainnya adalah kolaborasi antara pustakawan dan guru dalam upaya memakmurkan perpustakaan serta mampu menjalankan visi dan misi pendidikan. Dalam sebuah artikel yang berjudul Pustakawan sekolah dan guru berkolaborasi, mungkinkah? yang ditulis oleh Fatkhurrokhman, SIP, dikatakan bahwa “Kolaborasi pustakawan dengan guru belumlah menjadi tren dalam dunia pendidikan sekolah. Padahal kolaborasi ini bisa menciptakan nuansa kebersamaan antara pustakawan sekolah dengan guru, dengan pustakawan berperan menjadi mitra yang mendukung program pendidikan sekolah. Kolaborasi pustakawan sekolah dengan guru merupakan program kolaborasi dengan media perpustakaan. Pada institusi sekolah umumnya, pustakawan sekolah dan guru biasanya berjalan sendiri-sendiri. Para guru biasanya sibuk dengan kegiatan mengajar saja, tanpa memperhatikan peran seorang pustakawan yang sebenarnya bisa menjadi mitra atau partner untuk berkolaborasi. Sedangkan pustakawan masih merasa minder dengan posisinya karena belum bisa melepaskan diri dari stereotip masyarakat tentangnya. Untuk itu perlu segera dihilangkan batasan yang membatasi kesempatan kolaborasi pustakawan sekolah dengan guru. Sehingga pustakawan serta guru bisa segera menjadi mitra kolaborasi yang saling menghargai karena nilai pribadi masing-masing”  Masalah kolaborasi masih menjadi kendala karena seperti dikatakan Fatkhurrokhman, SIP dalam artikel yang sama “pada kebanyakan sekolah seringkali ditemukan keluhan tentang kompleksitas kolaborasi. Beberapa yang ditemukan biasanya menyangkut tentang usaha untuk meyakinkan para guru agar melakukan kolaborasi dengan pustakawan. Dan hasilnya adalah kesulitan, bahkan banyak juga ditemukan bahwa para guru masih belum melihat pustakawan sebagai mitra kolaborasi. Beberapa guru biasanya ada yang tidak memiliki gagasan atau gambaran tentang apa yang dilakukan pustakawan dan apa yang bisa dilakukan pustakawan untuk membantu para guru dan siswa. Mungkin inilah yang disebut oleh Ruth Small (2002) sebagai "the lack of a common collaborative mentality" sebuah abrasi mental yang mengurangi inisiatif individu untuk berkolaborasi secara umum demi kemajuan pendidikan. Mungkin para guru melihat pustakawan bukanlah mitra yang tepat dalam membantu pengajarannya karena latar belakang yang berbeda. Untuk hal ini Haycock (1999) menyatakan bahwa keterlibatan nyata pustakawan dalam kolaborasi dengan para guru tidak memenuhi peran teoritis dan peran yang harus ditampilkan. Padahal jika melihat hakikat pustakawan yang bergelut dengan informasi, peran praktis dan mungkin juga teoritis dari kegiatan pendidikan pustakawan sangat bisa membantu kemajuan pengajaranPentingnya kolaborasi karena menyatukan peranan dan fungsi pustakawan sebagai penyedia sumber belajar dan informasi dan guru sebagai pengajar dalam kegiatan belajar mengajar. Karena perpaduan peranan dan fungsi tersebut maka muncul istilah Guru Pustakawan (teacher librarian).
Guru Pustakawan (Teacher Librarian) adalah seorang yang memiliki kemampuan dalam ilmu pendidikan dan perpustakaan yang berperan aktif dalam proses belajar mengajar. Konsep Guru Pustakawan adalah bekerjasama langsung dengan guru kelas, berbagi tanggung jawab dalam pengembangan kurikulum dan implementasinya, bertanggung jawab dalam pemilihan koleksi dan melakukan bimbingan kepada anak didik. Guru Pustakawan berperan besar dalam memberdayakan/memakmurkan perpustakaan melalui program-program perpustakaan yang dibangunnya. Kesuksesan Guru Pustakawan dalam merealisasikan program perpustakaan adalah kemampuan mempersingkat dirinya sendiri dan perpustakaan ke dalam hal-hal yang esensial (Pals, Linda seorang teacher librarian), maksudnya adalah seorang Guru Pustakawan harus mampu menyeimbangkan peran dirinya sendiridengan peran perpustakaan sebagai sebuah institusi yang digelutinya. Disamping itu juga perlu memiliki kompetensi, pengetahuan, keterampilan khusus agar bisa berkembang efektif.[3] Dalam sebuah karya ilmiah yang berjudul Mengusung Kembali Peran Teacher Librarian Dan Pemberdayaan Perpustakaan Madrasah ditulis oleh Sri Rohati Zulaikha, dikatakan Tugas guru pustakawan adalah :
1.    Berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran di madrasah yang diarahkan pada penggunaan dan pengembangan sumber-sumber informasi.
2.    Berpartisipasi aktif dalam proses  pembelajaran di sekolah yang diarahkan kepada apresiasi kultural dan estetik.
3.    Mengelola dan memberikan pelayanan sumber-sumber informasi.
Potensi pustakawan sekolah yang di arahkan sebagai seorang guru pustakawan (teacher-librarian) didasari dengan kemampuan membimbing siswa menggunakan sumber-sumber infromasi secara cepat dan tepat untuk itu harus dilatarbelakangi pengetahuan tentang sumber-sumber informasi yang dimiliki, seperti koleksi perpustakaan baik cetak maupun rekam, koleksi perpustakaan lain baik perpustakaan yang sejaring dalam jaringan perpustakaan sekolah maupun perpustakaan-perpustakaan lain yang bisa diakses melalui internet, kemampuan penelusuran informasi melalui internet, inventarisasi e-book baik lokal maupun global, bahan-bahan periodical serta jurnal-jurnal ilmiah lokal maupun global dan sumber-sumber informasi lainnya.

III.        Kegiatan Promosi Perpustakaan
Selain potensi pustakawan yang harus dikembangkan upaya memakmurkan perpustakaan adalah pengembangan kegiatan yang diarahkan pada memberikan layanan yang konfrehensif kepada pemustaka. Layanan pada pemustaka berupa kemudahan proses penelusuran informasi, kenyamanan dan keamanan ruang perpustakaan, serta layanan informasi tampa batas. Kecakapan seorang pustakawan seperti yang disebutkan sebelumnya menjadi modal untuk melakukan beberapa kegiatan agar transformasi informasi yang ada di perpustakaan sampai pada pemustaka. Seperti penggunaan komunikasi yang efektif, gesture pustakawan, dan pengetahuan pustakawan akan sumber-sumber informasi. Dalam pendidikan pemakai Pustakawan harus secara optimal menyampaikan informasi yang dimiliki perpustakaandan penggunaannya serta aturan-aturan yang ada di perpustakaan agar perpustakaan bisa berjalan secara optimal. Pendidikan pemakai , seperti yang dikemukakan oleh Rice2. Pemilihan model bimbingan pemakai yang akan dipakai tergantung pada jumlah peserta, kapasitas ruang atau kelas tempat penyelenggaraan kegiatan bimbingan pemakai dan tujuan dari kegiatan bimbingan pemakai tersebut. Beberapa tahapan/level/model bimbingan pemakai tersebut adalah Orientasi Perpustakaan, Instruksi Perpustakaan, Instruksi Bibliografi.
Pada tahapan berikutnya semua kegiatan yang berporos pada pemakmuran perpustakaan adalah merupakan alat promosi perpustakaan yang berorientasi pada pengembangan minat baca, penggunaan perpustakaan sesuai dengan tujuan dan fungsi perpustakaan, serta penggunaan perpustakaan sebagai sumber belajar (resource learning).
Tujuan  promosi perpustakaan adalah untuk :
1.    Memperkenalkan fungsi perpustakaan kepada masyarakat pemustaka.
2.    Menginformasikan kepada pemustaka layanan dan program kegiatan yang ada di perpustakaan.
3.    Membangkitkan minat dan keinginan pemustaka terhadap perpustakaan dan layanannya.
4.    Memelihara kesadaran pemustaka terhadap layanan perpustakaan.
5.    Meningkatkan penggunaan perpustakaan.[4]
Melalui kegiatan promosi, diharapkan masyarakat sekolah mengetahui pelayanan yang diberikan oleh perpustakaan sekolah sehingga membuat mereka tertarik dan berkunjung. Melalui kegiatan promosi juga diharapkan masyarakat sekolah menyadari akan pentingnya pemanfaatan perpustakaan sekolah dalam mengembangkan kemampuan dan pengetahuan akademiknya. Pustakawan harus proaktif dalam memasarkan layanan dan kegiatan perpustakaan kepada masyarakat sekolah banyak bentuk kegiatan promosi yang orientasi akhirnya adalah mengembang minat baca dan keterampilan literasi. Kegiatan-kegiatan yang dikembangkan semua mengarah pada pemanfaatan perpustakaan secara maksimal sesuai dengan tujuan dan fungsinya.
Rizki Eliani dalam sebuah artikel “Promosi Perpustakan Sekolah” menuliskan  beberapa macam bentuk yang dapat dilakukan sebagai  sarana promosi perpustakaan sekolah, antara lain adalah sebagai berikut :
1.      Brosur adalah salah satu bentuk promosi yang berupa kertas cetakan/lembaran yang isinya mencakup petunjuk umum tentang perpustakaan; informasi tentang koleksi, daftar bacaan yang menarik, petunjuk tentang  subyek tempat; informasi tentang jenis perpustakaan.
2.      Poster merupakan salah satu media promosi yang biasanya menggunakan kertas ukuran besar (A3 atau A2) isinya selain tulisan juga ada gambar. Poster ini dibuat dengan tujuan untuk menarik perhatian atau mencuri perhatian sekilas dari orang yang lewat diseputar pemasangan poster. Poster yang dibuat dengan mencantumkan nama jasa, alamat, telepon, jam buka, jasa apa yang ada serta ditujukan untuk siapa saja.
3.      News Letter merupakan salah satu media yang digunakan untuk memberikan informasi khusus kepada sejumlah orang secara teratur. Isinya tentang berita atau artikel-artikel singkat. Dalam news letter secara tetap harus memuat : editorial, informasi singkat dan rinci tentang layanan, kegiatan, koleksi terbaru, fasilitas dan peraturan perpustakaan memberi juga ilustrasi atau gambar yang menarik atau kuis-kuis.
4.      Pembatas Buku = bookmark  merupakan salah satu promosi yang digunakan dan untuk sarana memberi tanda pembatas pada halaman-halaman buku, tujuannya untuk memberi batasan pada halaman yang sudah dibaca dan nanti akan dibaca kembali, agar menarik dapat diberi logo atau gambar-gambar yang menarik.
5.      Terbitan Khusus Perpustakaan merupakan promosi yang berbentuk sebuah terbitan yang dilakukan oleh perpustakaan sendiri, seperti buku panduan penggunaan perpustakaan = booklet, kalender perpustakaan (isi-nya kegiatan yang dilakukan oleh perpustakaan).
6.      Pameran Perpustakaan, merupakan kegiatan promosi perpustakaan dengan maksud menarik perhatian banyak orang (massa) termasuk promosi yang paling jitu untuk menjaring orang. Selain menarik lebih banyak orang juga efektif untuk memperkenalkan layanan yang dibrikan oleh perpustakaan.
7.      Pameran buku merupakan sarana penyampaian informasi kepada jumlah besar. Pameran hendaknya bersifat visual (disertakan foto jasa perpustakaan) dan pustakawan dapat memberikan jasa ditempat (nasihat informasi). Juga ada pameran koleksi buku atau koleksi yang bertepatan dengan perayaan (hari kemerdekaan misalnya) maupun tema tertentu.
8.      Ceramah merupakan kegiatan dimana satu atau dua orang berbicara dalam forum tertentu sedangkan yang lain (audience) mendengarkan. Isi pembicaraan berkisar tentang kondisi dan layanan perpustakaan serta kepustakawanan atau how to use the library. Ceramah bisa dilakukan sebagai salah satu saranauser education.
9.      Seminar merupakan kegiatan yang dilakukan seperti ceramah hanya diperlukan persiapan yang lebih lama serta lebih luas cakupannya. Dengan mengundang berbagai tokoh figure public, seperti pengarang atau penulis.
10.  Facebook, menjadi sarana pemberitaan informasi mengenai berita-berita terbaru di perpustakaan sekolah yang dapat dilakukan melalui internet, selain itu Facebook juga dapat berkomunikasi dengan berbagai orang di penjuru dunia, bahkan dengan teman lama dll.
11.  Mading, merupakan media promosi yang memberikan informasi kepada para siswa dengan memajang daftar bahan pustaka baru maupun dalam bentuk  resensi buku.
12.  Gantungan kunci,  merupakan media promosi yang memberikan cendera mata (kenang-kenangan) untuk para  siswa. Memang media ini sangat kurang sering digunakan untuk promosi perpustakaan pada umumnya.
13.  Radio sekolah, merupakan sarana promosi yang sangat komunikatif dimana para siswa dapat memberikan kritik dan saran untuk perpustakaan sekolah secara langsung melalui kartu request yang dapat diambil di perpustakaan maupun dengan telefon.
14.  Map khusus perpustakaan, dibuat untuk memberikan ciri khusus akan perpustakaan.
15.  Mengadakan kegiatan yang dapat diikuti oleh masyarakat sekolah, seperti lomba, bercerita/dongeng, penelusuran informasi, menulis artikel, abstrak, membuat resensi buku, melukis, mengarang tentang subjek-subjek tertentu yang sedang hangat (in) di sekolah, wisata perpustakaan, bazar, pemutaran film, dll.

Pada pokoknya semua alat/bentuk/cara melakukan promosi adalah tergantung dari penyampaian pesan kita kepada pemustaka, karena sesungguhnya semua promosi menggunakan media yaitu komunikasi. Kegiatan komunikasi tidak hanya informatif, yakni orang lain mengerti dan tahu, tetapi juga persuasif, yakni agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan, melakukan suatu  perbuatan atau kegiatan.
Seorang pustakawan harus menjadi komunikator yang baik karena setiap pesan yang disampaikan mampu dikelola dengan baik sehingga dapat dipahami dan dijalankan pemustaka. Pada kegiatan pendidikan pemakai pustakawan harus mampu menyampaikan pesan berupa informasi yang harus diketahui pemustaka dan pemustaka paham terhadap informasi yang disampaikan, pemustaka juga mampu menjalankan informasi yang disampaikan. Dalam pendidikan pemakai informasi yang disampaikan berupa, aturan dan tata tertib perpustakaan, jenis layanan perpustakaan, koleksi perpustakaan, dan proses penelusuran koleksi lewat OPAC (online Public Acces Catalog). Penyampaian informasi selayaknya tidak menggurui, atau terkesan statis dan kaku,  tetapi pustakawan harus kreatif mengemas komunikasi menjadi lebih cair sehingga tercipta komunikasi dua arah. Keterampilan komunikasi menjadi dasar pokok pustakawan dalam melakukan promosi perpustakaan, karena dengan komunikasi yang efektif akan meminimalisir waktu dan tenaga.
Dalam hal promosi kegiatan, seperti misalnya kegiatan pengembangan minat baca berupa lomba-lomba yang mengarah pada pembiasaan berkunjung ke perpustakaan. Seperti lomba mewarnai, pembacaan deklamasi, pembuatan poster, pembuatan cipta buku menarik, dll. Selain itu kegiatan literasi informasi bisa menjadi alat promosi seperti resensi buku baru, display buku baru, browsing internet, dll.



IV.   Penutup
Pada dasarnya memakmurkan perpustakaan membutuhkan kerjasama yang baik antara pustakawan dan pemustaka. Pustakawan sebagai pengelola perpustakaan harus mempunyai kompetensi dibidang perpustakaan (library skill) serta pengetahuan tentang proses kegiatan belajar mengajar. Pengetahuan perpustakaan terkait dengan segala hal yang ada diperpustakaan seperti pengetahuan koleksi, pengetahuan literasi, pengetahuan kegiatan layanan dan pengetahuan kegiatan promosi perpustakaan. Pemakmuran perpustakaan berdampak pada pembentukan masyarakat sekolah yang melek informasi.
Potensi pustakawan senantiasa dikembangkan untuk mengiringi kebutuhan pemustaka yang selalu berkembang. Seorang pustakawan harus berani mengambil sikap sebagai teacher librarian karena fungsi dan tugas teacher librarian lebih pada bagaimana penguasaan terhadap materi ajar yang disinergikan kepada pengetahuan koleksi yang dimiliki perpustakan serta pengetahuan tentang jejaring informasi sehingga tidak ada kata “tidak tahu” bagi seorang pustakawan atau guru pustakawan.
Potensi pustakawan yang dikembangakan dalam pemakmuran perpustakaan salah satunya adalah melakukan kegiatan promosi perustakaan. Promosi perpustakaan adalah alat efektif dalam penyampaian informasi berupa koleksi dan kegiatan serta pengembangan minat baca dan literasi informasi.

Daftar Pustaka
Basuki, Sulistyo. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta : Gramedia, 1993. 50
Damono. Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah. Jakarta : Grasindo, 2001. 2
Effendi, Onong Uchjana. Komunikasi Teori Dan Praktek. Bandung. Remaja Rosdakarya, 2013. 9
Bafadal, Ibrahim. 1992. Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. Jakarta : Bumi Aksara.ing
Reid, Derick. 1998. The School Library and Shift Paradigma. USA : Memorial University Of New Founland.
Haycock, K. 1996. “What Work : Collaborative Program Planning And Teaching.” Journal teacher librarian. September-Oktober 27 (1)
Basuki, Sulistyo. 2007. : Kolaborasi Guru dan Pustakawan dalam Proses Belajar Mengajar.




[1] Basuki, Sulistyo. Pengantar Ilmu Perpustakaan, (Jakarta : Gramedia, 1993) hal. 50
[2] Damono. Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah. (Jakarta : Grasindo, 2001) hal. 2
[3] Abrizah Abdulah dan Diljit Singh, Fakultas ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Universitas Malaya, Malaysia.
[4] Rahayu, Linda..[et.al]. Layanan perpustakaan : buku materi pokok (Jakarta : Universitas Terbuka, 2014) h. 6.5