Selasa, 01 Desember 2009

DISIPLIN : BENTUK KETAATAN

Oleh : Yayat Duryatna
Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang dipercaya termasuk melakukan pekerjaan tertentu yang dirasakan menjadi tanggung jawab. Disiplin adalah sebuah perilaku ketaatan terhadap nilai yang diyakini dan aturan-aturan yang disepakati bersama. Dalam konteks ajaran Islam setiap muslim wajib mentaati setiap nilai yang terkandung di dalam ajaran Islam karena nilai-nilai itu telah diyakini olehnya sebagai bentuk pembenaran. Mentaati setiap aturan atau nilai-nilai adalah salah satu bentuk pemhambaan setiap muslim terhadap sang khaliq, bentuk penghambaan inilah melahirkan konsistensi diri dari setiap aturan atau nilai-nilai tersebut. Disetiap ibadah yang telah digariskan dalam ajaran Islam mengandung makna keteraturan, ibadah shalat misalnya adalah hukum-hukum yang mewajibkan setiap muslim mengikuti aturan-aturan yang berlaku dalam shalat atau lebih dikenal sebagai rukun shalat; mulai dari niat, berdiri thumaninah, takbiratul ikhram, membaca al fatihah, ruku thumaninah, I’tidal thumaninah, sujud thumaninah, duduk diantara dua sujud, duduk tahiyatul awal, dan salam. Setiap muslim harus taat terhadap rukun-rukun salat tersebut, itulah bentuk kedisiplinan seorang hamba terhadap pelaksanaan ibadah salat. Konteks ketaatan dalam salat inilah salah satu bentuk disiplin diri terhadap ibadah salat atau bahkan bentuk ketaatan diri kepada sang khalik. Dalam ajaran, Islam banyak ayat Al Qur’an dan Hadist, yang memerintahkan disiplin dalam arti ketaatan pada peraturan yang telah ditetapkan, antara lain surat An Nisa ayat 59 :
                              
" Hai orang-orang yang beriman, taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kepada rasul-Nya dan kepada Ulil Amri dari (kalangan) kamu…………..(QS:An Nisa 59)
Bahkan bentuk ketaatan kita tidak hanya terbatas pada Allah Swt saja, Allah Swt menganjurkan kita taat pada Rasul Saw, dan kepada Ulil Amri (pemimpin). Kepada Allah Swt kita meyakini bahwa Dialah sang pencipta kita, Dialah yang mengetahui segala rupa dan bentuk setiap hambanya, Dialah yang mengetahui kelebihan dan kekurangan kita, Dialah yang Maha dari segala kemahaan yang ada di alam jagad ini. Ketaatan kita kepada Allah Swt citra penghambaan setiap ciptaannya. Kepada Rasul saw kita meyakini bahwa Dialah yang paling memahami keinginan Allah kepada hambanya, Dialah yang memperagakan nilai-nilai ajaran Allah dalam bentuk ibadah, Dialah yang mengejewantahkan ajaran-ajaran ilahiyah serta membumikannya ke dalam kultur dan dimensi manusia. Ketaatan kita kepada Rasul saw adalah bentuk ketaatan kita kepada kekasih yang maha dikasihi oleh Allah Swt. Kepada Ulil amri (pemimpin) dialah yang kita yakini dan kita sepaki memiliki jiwa kepemimpnan dan yang mampu membawa kita menuju kehidupan yang lebih bahagia dan sejahtera. Seorang pemimpin yang kita pilih dan sepakati bersama, ketaatan kita adalah bentuk ketaatan terhadap apa-apa yang kita pilih dan kita sepakati bersama ketaatan kepada pemimpin adalah bentuk kecintaan kita kepada Rasul saw yang telah memberikan contoh dalam hal memilih pemimpin yang amanah. Ketaatan adalah bentuk kedisplinan, disiplin dalam menjalankan ibadah merupakan ketaatan kita pada yang menganjurkan ibadah tersebut. Sama halnya dengan disiplin dalam melaksanakan setiap aturan-aturan yang berlaku adalah bentuk ketaatan terhadap aturan-aturan tersebut.
Mendisiplinkan diri kita agar tetap konsisten menjalankan nilai- nilai dan aturan-aturan yang mengikat, maka setidaknya perlu melakukan pembiasaan dan latihan, semakin terbiasa kita berdisiplin atau melakukan ketaatan maka terasa ada yang hilang dalam diri kita apabila kita tidak melakukannya. Disiplin adalah kunci sukses, sebab dalam disiplin akan tumbuh sifat yang teguh dalam memegang prinsip, tekun dalam usaha, pantang mundur dalam kebenaran, dan rela berkorban untuk kepentingan agama dan jauh dari sifat putus asa. Perlu kita sadari bahwa betapa pentingnya disiplin dan betapa besar pengaruh kedisiplinan dalam kehidupan, baik dalam kehidupan pribadi, dalam kehidupan masyarakat maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai manusia kita perlu melakukan pembiasaan diri dalam berdisiplin terhadap berbagai hal, tentu dengan segala konsekuensinya yang berpengaruh pada pola hidup dan kehidupan kita, seperti :

A. Disiplin dalam penggunaan Waktu
Disiplin dalam penggunaan waktu perlu diperhatikan dengan seksama. Waktu yang sudah berlalu tak mungkin dapat kembali lagi. Hari yang sudah lewat tak akan datang lagi. Demikian pentingnya waktu sehingga berbagai bangsa di dunia mempunyai ungkapan yang menyatakan penghargaan terhadap waktu. Orang Inggris mengatakan „waktu adalah uang", peribahasa Arab mengatakan „ Waktu adalah pedang", atau „Waktu adalah peluang emas", dan kita orang Indonesia mengatakan :" sesal dahulu pendapatan sesal kemudian tak berguna".
Tak dapat dipungkiri bahwa orang-orang yang berhasil mencapai sukses dalam hidupnya adalah orang-orang yang hidup teratur dan berdisiplin memanfaatkan waktunya, dan sebaliknya banyak orang yang gagal karena terlindas oleh waktu, orang-orang yang tidak mentaati akan pentingnya memanfaatkan waktu bagi dirinya.
B. Disiplin dalam beribadah
Menurut bahasa, ibadah berarti tunduk atau merendahkan diri. Pengertian yang lebih luas dalam ajaran Islam, ibadah berarti tunduk dan merendah diri hanya kepada Allah yang disertai perasaan cinta kepada-Nya. Dari pengertian tersebut, dapat diketahui bahwa disiplin dalam beribadah itu mengendung dua hal :
a. Berpegang teguh apa yang diajarkan Allah dan Rasul-Nya, baik berupa perintah atau larangan, maupun ajaran yang bersifat menghalalkan, menganjurkan, sunnah dan makruh.
b. Sikap berpegang teguh yang berdasarkan cinta kepada Allah, bukan karena rasa takut atau terpaksa. Maksud cinta kepada Allah adalah senantiasa taat kepada-Nya. Perhatikan firman Allah dalam Surat Ali Imran ayat 31 :
     •         

" Katakanlah : " Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Ali Imran 31)
C. Disiplin dalam bermasyarakat
Hidup bermasyarakat adalah fitrah manusia. Dilihat dari latar belakang budaya setiap manusia memiliki latar belakang yang berbeda. Karenanya setiap manusia memiliki watak dan tingkah laku yang berbeda. Namun demikian, dengan bermasyarakat, mereka telah memiliki norma-norma dan nilai-nilai kemasyarakatan serta peraturan yang disepakati bersama, yang harus dihormati dan di hargai serta ditaati oleh setiap anggota masyarakat tersebut.
Agama Islam mengibaratkan anggota masyarakat itu bagaikan satu bangunan yang didalamnya terdapat beberapa komponen yang satu sama lain mempunyai fungsi yang berbeda-beda, mana kala salah satu komponen rusak atau binasa. Hadis Nabi Saw menegaskan :
" Seorang Mukmin dengan Mukmin lainnya bagaikan bangunan yang sebagian dari mereka memperkuat bagian lainnya. Kemudian beliau menelusupkan jari-jari yang sebelah kejari-jari tangan sebelah lainnya". ( H.R.Bukhori Muslim dan Turmudzi)
D. Disiplin Dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
Negara adalah alat untuk meeperjuangkan keinginan bersama berdasarkan kesepakatan yang dibuat oleh para anggota atau warganegara tersebut. Tanpa adanya masyarakat yang menjadi warganya, negara tidak akan terwujud. Oleh karena itu masyarakat merupakan prasyarat untuk berdirinya suatu negara. Tujuan dibentuknya suatu negara adalah agar seluruh keinginan dan cita-cita yang diidamkan oleh warga masyarakat dapat diwujudkan dan dapat dilaksanakan.


Rasulullah bersabda yang artinya :
“Seorang muslim wajib mendengar dan taat, baik dalam hal yang disukainya maupun hal yang dibencinya, kecuali bila ia diperintah untuk mengerjakan maksiat. Apabila ia diperintah mengerjakan maksiat, maka tidak wajib untuk mendengar dan taat". (H.R.Bukhari Muslim).
Dengan berprinsip untuk tetap menjalankan fungsi kehambaan kita, maka tidaklah pantas bagi kita untuk tidak mendisiplinkan diri terhadap nilai-nilai dan aturan-aturan yang mengikatkan diri kita sebagai seorang muslim karena dengan berdisiplin maka kita telah melakukan satu ketaatan. Pada akhirnya kita berdo’a kepada Allah Swt agar kita diberi kemampuan dan kemauan untuk selalu istiqomah melaksanakan disiplin sebagai bentuk ketaatan kita.
             
TunjukilahKami jalan yang lurus,
(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.





DAFTAR PUSTAKA
AL QUR’AN DAN TERJEMAHANNYA, CV Asyifa, Semarang, 1998
Bahroin suryantara, PEDOMAN PRAKTIK SHALAT BERJAMA’AH, Al-Izhar Pondok labu, Jakarta, 2001
Yusuf Qardhawi, MANAJEMEN WAKTU SEORANG MULIM, Ziyads Book, Bandung, [s.a]

Tidak ada komentar: